Lebak (ANTARA) - Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kerajinan khas masyarakat Suku Badui di Kabupaten Lebak, Banten memiliki daya tarik konsumen dan nilai jual sehingga dapat menghasilkan pendapatan ekonomi keluarga.
"Kita banyak melayani permintaan konsumen dari luar daerah," kata Dayat (55) seorang pelaku UMKM khas produksi masyarakat Badui warga Kalanganyar Kabupaten Lebak, Jumat.
Produksi aneka kerajinan khas masyarakat Badui hingga kini banyak diminati konsumen.
Sebab, konsumen merasa bangga jika membeli produksi khas masyarakat adat dengan alasan memiliki nilai - nilai tradisional.
Baca juga: Warga Suku Badui garap ladang dukung program swasembada pangan
Oleh karena itu, pihaknya sudah empat tahun mengembangkan usaha khas masyarakat Badui hingga kini masih bertahan, bahkan permintaan dari luar daerah cukup banyak, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta hingga sejumlah daerah di Sumatera, Bali dan Kalimantan.
"Kita kewalahan melayani permintaan dari luar daerah," katanya menjelaskan.
Menurut dia, produksi khas masyarakat Badui diantaranya pakaian batik dijual Rp100-250 ribu, pakaian kampret atau pangsit Rp350 ribu (sepasang baju-celana), selendang Rp30 ribu, suvenir atau cenderamata Rp2.000-10.000, kain pengikat kepala (lomar) Rp25 ribu, koja Rp50 ribu dan kain tenun Rp150-250 ribu per potong.
Produksi khas masyarakat Badui diantaranya ada yang diproduksi sendiri, seperti pakaian batik, pakaian kampret, selendang dan pengikat kepala juga ada yang didatangkan dari masyarakat Badui di antaranya kain tenun, koja dan suvenir.
"Kami memasarkan produk-produk khas masyarakat Badui melalui pameran-pameran dan digitalisasi media sosial," kata Dayat.
Baca juga: Penyaluran bansos beras untuk warga Suku Badui dibagikan merata
Pulung (40) seorang perajin tenun Badui mengaku, sejak tiga bulan terakhir ini permintaan kain tenun Badui meningkat dari 15 potong menjadi 25 potong dengan pendapatan Rp5 juta/pekan.
Harga kain tenun Badui dijual antara Rp250 ribu sampai Rp300 ribu/potong.
''Konsumen itu kebanyakan saat berkunjung ke pemukiman Badui dan ada juga melalui medsos ," jelasnya.
Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Imam Suangsa mengatakan, jumlah perajin produksi khas masyarakat Badui sekitar 1.000 unit usaha dan mampu menggulirkan perputaran uang hingga ratusan juta rupiah per bulan.
"Kami mengapresiasi pelaku usaha dapat memasarkan dengan digitalisasi sehingga dapat mendongkrak pendapatan," katanya.
Baca juga: Petani Suku Badui mulai garap pertanian ladang padi huma
