Tangerang (ANTARA) - Forum Kolaborasi Komunitas Peduli Sampah Indonesia (Fokkalis) mengatakan penggunaan teknologi insinerator di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) untuk kelola sampah di hulu menjadi alternatif dalam mengurangi pembuangan ke TPA karena ramah lingkungan dan praktis.
"Kami melihat teknologi insinerator sebagai solusi mengatasi sampah di hulu karena pembuangan ke TPA mulai dibatasi Kementerian LH sebab sudah hampir penuh dan berbagai dampaknya," kata Ketua Fokkalis Achsan Indriad di Tempat Pembuangan Sampah Reduce, Reuce, dan Recycle (TPS3R) Mutiara Bangsa, Cipondoh, Ahad.
Namun demikian, kata Achsan, masih banyak Pemerintah Daerah belum mengetahui jenis teknologi insinerator yang cocok ditempatkan di TPST sebab lokasinya di tengah pemukiman warga karena sistem kerja insinerator adalah membakar sampah dengan suhu tinggi.
"Hal ini agar keberadaan teknologi tersebut tidak berdampak pada lingkungan dari segi kesehatan maupun sosial meskipun tujuannya mulia yakni menangani sampah secara habis," katanya.
Baca juga: Kelola sampah, Pemkot Tangerang gunakan insinerator
Dari berbagai pantauannya melihat berbagai jenis teknologi insinerator, mesin yang didatangkan oleh PT Pasifik Techno Abadi dari Korea Selatan dan ditempatkan di Tempat Pembuangan Sampah Reduce, Reuce, dan Recycle (TPS3R) Mutiara Bangsa Cipondoh dinilainya sudah paling cocok sebab ramah lingkungan, simple dan bisa dipindahkan.
"Kami ajak Sucofindo sebagai perusahaan BUMN untuk melakukan inspeksi dan pengujian ambang baku mutu. Hasilnya, sudah memenuhi aturan dan masuk dalam kategori ramah lingkungan. Apalagi alat ini di Korea Selatan disimpan di dalam ruangan sehingga sangat tepat jika di TPST dalam mengelola sampah di hulu," ujar Achsan.
Mesin insinerator di TPST3R Mutiara Bangsa Cipondoh, lanjut Achsan, memiliki sistem kerja yang mudah dipelajari warga pada umumnya. Dari pantauan dan uji coba yang dilakukannya secara langsung, terdapat dua tabung yang bekerja secara gantian. Setiap tabung memiliki kapasitas 1 meter kubik atau setara daya tampung 300 kilogram sampah.
"Kalau yang besar di Korea Selatan itu bisa mencapai 3,5 kubik dengan daya tampung satu ton. Bisa juga ditempatkan di TPA karena mampu mengelola sampah dalam jumlah banyak," kata Achsan.
Baca juga: DLH sebut pengolahan sampah gunakan insinerator penuhi standar mutu
Sampah yang sudah dimasukkan ke dalam tabung kemudian dilakukan pembakaran selama satu jam dengan bahan bakar 20 mili liter minyak tanah. "Ini yang kita bahas ke depan, jika benar di terapkan di TPST, apakah bisa digunakan jenis bahan bakar lain atau bagaimana. Karena penggunaan minyak tanah adalah standar di Korea Selatan," katanya.
Lalu dari 300 kilogram sampah yang dibakar akan menjadi abu dengan persentase sebesar satu persen. Tetapi jika ada campuran kaleng, komposit, bahkan lumpur bisa sekitar dua hingga tiga persen.
"Dari mesin insinerator yang kami kembangkan di Jabar, ini yang lebih praktis dan residunya sangat sedikit. Kita bisa tunggu dua bulan selama ujicoba berlangsung," ujarnya.
Baca juga: TPSA Bagendung Cilegon olah sampah jadi bahan bakar PLTU
Direktur Layanan Industri PT Sucofindo Budi Utomo menambahkan jika pihaknya baru pertama melihat mesin insinerator di TPST Mutiara Bangsa Cipondoh dengan konsep portable selama dua tahun melakukan pengujian sehingga menjadi salah satu inovasi.
Lalu dari hasil pengujian emisi yang dilakukan menggunakan alat khusus, tak ditemukan adanya pencemaran dari sisi abu maupun bahan bakarnya sehingga bisa dikatakan yang terbaik.
"Hasil ujicoba menunjukkan bahwa emisi yang dihasilkan masih di bawah baku mutu, yang berarti aman untuk digunakan, termasuk di lingkungan pemukiman," katanya.
Wali Kota Tangerang Sachrudin mengatakan akan tetap melakukan evaluasi secara menyeluruh dan libatkan para ahli terkait penggunaan mesin insinerator di TPST Mutiara Bangsa Cipondoh usai uji coba selama dua bulan ke depan.
“Jika dilihat, proses uji cobanya berjalan lancar dan tidak berpotensi menyebabkan polusi udara. Namun, tentunya upaya ini akan terus kita kaji dan evaluasi bersama para ahli yang berkompeten di bidangnya,” kata Wali Kota.
Baca juga: Gubernur Andra Soni minta warga ikut berperan aktif atasi masalah sampah
Ia mengatakan Pemkot Tangerang terus berupaya mencari terobosan dan inovasi dalam dalam penanganan sampah, khususnya melalui program zero waste atau pengurangan sampah langsung dari sumbernya.
Mesin insinerator merupakan alat untuk membakar limbah padat dengan teknologi pembakaran bersuhu tertentu, sehingga diharapkan dapat mengurangi volume sampah, terutama di kawasan permukiman padat penduduk.
“Tentunya Pemkot akan terus menjajaki dan mengkaji upaya untuk mengurangi sampah khususnya sampah rumah tangga dari sumbernya dengan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan tentunya,” katanya.
Baca juga: Pemkot Tangerang libatkan ahli soal penggunaan insinerator di TPST