Serang (ANTARA) - Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Banten mengungkap 23 kasus tindak pidana narkoba sepanjang 2025, melampaui target 20 kasus dan meningkat signifikan dibanding 2024.
Kasus yang terungkap didominasi jaringan peredaran sabu dan ganja lintas wilayah, dengan estimasi penyelamatan lebih dari 52.000 jiwa.
Kepala BNNP Banten Brigjen Pol Rohmad Nursahid di Kota Serang, Senin menyebut keberhasilan tersebut tidak lepas dari kerja bersama lintas lembaga dan komunitas yang terlibat dalam pemberantasan narkotika.
“Sinergi lintas sektor ini menjadi kunci dalam pengungkapan jaringan narkotika di Banten,” ujarnya dalam konferensi pers akhir tahun.
Baca juga: BNNP Banten musnahkan 4,3 kg sabu dari jaringan antarprovinsi
BNNP Banten merinci, dari total 23 kasus yang diungkap, 20 kasus merupakan berkas dengan 20 tersangka, sementara tiga lainnya adalah barang temuan tanpa tersangka. Pada 2024, BNNP hanya menangani lima berkas kasus dengan 13 tersangka serta dua barang temuan. Mayoritas tersangka adalah laki-laki berusia di atas 30 tahun dan lulusan SMA atau sederajat.
Dari barang bukti, BNNP menyita sabu 5,7 kilogram, ganja 14,5 kilogram, serta 210 butir ekstasi dengan nilai kerugian ditaksir mencapai Rp5,8 miliar. Barang haram tersebut terdistribusi melalui jaringan antarwilayah, khususnya Sumatera–Banten, dengan Tangerang Raya menjadi titik dominan temuan kasus karena faktor mobilitas tinggi dan kedekatan dengan DKI Jakarta.
Peningkatan capaian tidak hanya terjadi dalam pemberantasan jaringan peredaran narkoba, tetapi juga pada aspek rehabilitasi. Layanan rawat jalan mencapai 117 penerima manfaat, melampaui target 45 orang. BNNP Banten juga mengembangkan Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM) di Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, guna memperkuat pencegahan berbasis komunitas.
Baca juga: Cegah selundupan narkoba, BNNP Banten perketat jalur darat antarpulau
Rohmad mengungkapkan tren baru dalam distribusi narkotika pada 2025, yakni meningkatnya keterlibatan perempuan dan kelompok usia muda dalam sindikat.
“Keterlibatan perempuan dan anak-anak ini menjadi perhatian serius kami,” katanya. Sepanjang 2025, tercatat tiga perempuan terlibat dalam jaringan lintas daerah.
Sorotan lain dalam laporan akhir tahun adalah pelaksanaan tes urine terhadap para perangkat desa. Total 23.460 orang dites di Lapas, Rutan dan perangkat desa, termasuk melalui kerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Banten (DPMD).
“Hasilnya memang ada yang terindikasi positif, jumlahnya tidak sampai 10 orang,” ungkap Rohmad.
Baca juga: BNNP Banten bongkar tiga jaringan peredaran narkoba lintas provinsi
Ia menegaskan perangkat desa yang terindikasi positif tidak otomatis dikenai sanksi pemberhentian. Pendekatan yang digunakan mengedepankan aspek pemulihan.
“Nanti akan kami laporkan secara resmi kepada Pak Gubernur dan Dinas DPMD. Penanganannya akan dibahas lebih lanjut, karena pendekatannya rehabilitatif,” jelasnya.
BNNP Banten menyebut tingginya angka pengungkapan pada 2025 turut dipengaruhi meningkatnya target dari pusat serta intensitas operasi rahasia dan patroli wilayah. Selain itu, sinergi antara BNNP, Pemprov Banten, TNI-Polri, Kemenkumham, BIN Daerah, Bea Cukai, akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan swasta dinilai memperkuat jangkauan investigasi.
Rohmad menegaskan komitmen lembaganya untuk memperluas pengawasan jaringan, memperkuat rehabilitasi, dan meningkatkan kolaborasi pencegahan di tingkat lokal pada tahun mendatang.
Baca juga: Lapas Serang-BNNP Banten wujudkan rehabilitasi berkelanjutan dan bermartabat
