Kabupaten Tangerang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang, Banten, melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) akan memperluas penerapan metode sanitary landfill sebagai upaya mengurangi dampak sebaran mikroplastik terhadap lingkungan sekitar.
"Jadi salah satu treatment yang sementara ini sudah kita lakukan dengan melakukan sanitary landfill treatment di TPA," kata Kepala Bidang Bina Hukum dan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas LHK Kabupaten Tangerang Ari Marogo di Tangerang, Selasa.
Saat ini, kata dia, Pemkab Tangerang mulai menjalankan metode sanitary landfill atau sistem pengelolaan sampah dengan cara menumpuk, memadatkan, dan menimbun secara berlapis di lokasi, dimana metode tersebut dipastikan sudah sesuai dengan standar yang ditentukan.
"Jadi tadinya kita open dumping dengan sampah dibuang terbuka. Sekarang udah ditutupkan untuk menghindari ketika sampah berbentuk plastik terkena pemanasan dan hujan, lebih aman," ungkapnya.
Baca juga: Dinkes Tangerang ingatkan bahaya mikroplastik dari air hujan
Ari menyampaikan pola yang diterapkan ini tidak hanya memperkuat penanganan masalah limbah/sampah di wilayahnya tersebut, melainkan juga mendukung lahirnya kebijakan pengendalian polusi yang lebih efektif dan adaptif.
"Walaupun belum semuanya kita terapkan, namun kami dapat apresiasi dari Menteri LH untuk penanganan masalah TPA Jatiwaringin. Ini progresnya lumayan lebih cepat dibandingkan dari TPA-TPA yang lain di Indonesia," tuturmya.
Sebelumnya hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan.
Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova di Jakarta menjelaskan penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di ibu kota, yang terbentuk dari degradasi limbah plastik melayang di udara akibat aktivitas manusia.
"Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka," kata Reza.
Baca juga: Empat laga kandang Persib Bandung, 8 ton sampah berhasil dikelola
Mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik, terutama polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan.
Peneliti menemukan rata-rata sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.
Menurut Reza, fenomena ini terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan, yang dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.
"Siklus plastik tidak berhenti di laut. Ia naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan," ujar dia.
Baca juga: PPASDA ingatkan warga akan efek berantai sampah ancam krisis iklim
Kurangi mikroplastik, Pemkab Tangerang perluas metode sanitary landfill
Selasa, 4 November 2025 20:11 WIB
Ilustrasi - Situasi tumpukan sampah di TPA Jatiwaringin, Kabupaten Tangerang, Banten. (ANTARA/HO-Humas Pemkab Tangerang)
