Pemerintah Kabupaten Lebak mengembangkan destinasi wisata guna menarik wisatawan domestik dan mancanegara sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi dan menyerap tenaga kerja masyarakat.
"Kita mengembangkan 248 destinasi wisata terdiri atas wisata budaya, wisata buatan, wisata alam dan wisata religi," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak Luli Agustina di Rangkasbitung, Lebak , Senin.
Pemerintah Kabupaten Lebak mengembangkan destinasi wisata itu untuk menarik wisatawan domestik dan mancanegara, terlebih sarana transportasi angkutan begitu mudah dari Jakarta menggunakan Commuter Line Rangkasbitung - Tanahabang hanya 1,5 jam juga terdapat Bandara Soekarno-Hatta.
Kekayaan destinasi wisata itu dipastikan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dan lapangan pekerjaan serta tumbuhnya pelaku UMKM.
Baca juga: Tol Serang-Panimbang dipastikan Lebak "dibanjiri" investor
Baca juga: Tol Serang-Panimbang dipastikan Lebak "dibanjiri" investor
Saat ini, kata dia, destinasi wisata alam suasana pegunungan di Citorek yang menyajikan "Negeri di atas awan", pesisir pantai laut selatan, arung jeram di Sungai Ciberang, dan air pemandian Cipanas.
Destinasi wisata budaya masyarakat Badui, wisata Seren Taun, dan wisata Festival Seni Multatuli, bahkan wisata budaya masyarakat Badui sudah mendunia.
Selain itu juga destinasi wisata buatan yakni permainan air dengan menyediakan wahana waterboom dan peluncuran, renang juga naik di atas air menggunakan ban.
Selanjutnya , destinasi wisata religi, seperti Makam Keramat Wong Sagati dan Makam Cicokel.
Kebanyakan pengelolaan destinasi wisata itu dikelola oleh masyarakat juga ada Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) setempat.
"Sampai Agustus 2024 kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara mencapai di atas 700 ribu orang dari target 1,5 juta orang," katanya.
Baca juga: Bupati Lebak janjikan jalan wisata budaya Badui 2025 mulus
Baca juga: Bupati Lebak janjikan jalan wisata budaya Badui 2025 mulus
Menurut dia, perkiraan dari 700 ribu wisatawan itu dipastikan menggulirkan perputaran uang hingga miliaran rupiah dengan membelanjakan produk aneka kerajinan dan makanan.
Selama ini, pelaku UMKM tumbuh dan memberikan peningkatan ekonomi masyarakat, karena adanya destinasi wisata, seperti kerajinan tenun tradisional Badui, kerajinan tangan, cenderamata, sale pisang, kerajinan aneka makanan camilan dengan bahan baku pertanian dan perkebunan.
Selain itu juga pengelolaan ikan tangkapan untuk diproduksi kerupuk ikan, abon ikan dan bakso ikan juga gula aren.
"Kita berharap masyarakat lebih kreatif untuk mengembangkan ekonomi sehingga wisatawan domestik dan mancanegara terus mengunjungi Lebak," katanya.
Sekretaris Pemerintah Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Medi mengatakan, perajin kain tenun Badui kini tumbuh dan berkembang sehingga menyumbangkan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat adat setempat.
Saat ini, perajin kain tenun Badui tercatat sekitar 2.500 unit usaha dan perputaran uang antara Rp500-700 juta per bulan.
Selain itu kain Badui juga diminati konsumen dari kunjungan wisatawan ke pemukiman masyarakat Badui serta acara - acara lainnya yang dilakukan pemerintah daerah, BUMN maupun pihak perusahaan swasta.
"Kami mengapresiasi karena omzet perajin kain Badui bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Baca juga: Kemenparekraf sebut Lebak kaya dengan wisata berbasis budaya