Serang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten menekankan pentingnya kesiapan mandiri masyarakat di wilayah rawan banjir dan longsor sebagai barisan perlindungan pertama saat bencana datang.
Upaya mitigasi disebut tidak dapat sepenuhnya dibebankan pada pemerintah, mengingat ancaman hidrometeorologi dapat terjadi tiba-tiba di tengah puncak musim hujan.
“Bencana tidak kita kehendaki, tapi ketika datang kita harus siap,” kata Kepala BPBD Provinsi Banten Lutfi Mujahidin di Kota Serang, Senin.
Lutfi mengatakan kesiapan rumah tangga menjadi langkah paling efektif untuk menekan dampak kerugian, terutama di wilayah yang tercatat sebagai titik rawan.
Baca juga: Pemprov Banten tingkatkan kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi tiga bulan
Menurutnya, warga harus mulai menata barang penting agar mudah dibawa saat evakuasi dan memahami jalur maupun lokasi tujuan penyelamatan.
“Kalau banjir itu rutin, teman-teman sudah mulai tahu barang mana yang harus dibawa dan ditaruh di mana. Yang belum tahu, harus tahu evakuasinya ke mana,” ujarnya.
Ia menekankan dokumen pribadi tidak boleh luput dari perhatian ketika bencana datang. “Yang perlu diamankan adalah dokumen seperti ijazah, surat-surat, dan sebagainya. Itu yang perlu kami sampaikan kepada masyarakat untuk antisipasi,” katanya.
BPBD mencatat terdapat ratusan titik rawan banjir dan longsor yang tersebar di delapan kabupaten/kota. Rawan longsor terkonsentrasi di wilayah selatan. “Wilayah rawan longsor itu ada di selatan karena kontur daerah pegunungan, seperti Pandeglang, Lebak, dan sebagainya,” ujarnya.
Baca juga: Relawan dan warga Banten diminta perkuat kewaspadaan akan bencana
Sementara untuk banjir, wilayah padat penduduk menjadi rentan. “Wilayah banjir sudah jelas Tangerang Raya, bahkan beberapa titik di Serang dan Cilegon juga. Itu adalah titik rawan banjir,” jelasnya.
Pihaknya mengingatkan bahwa puncak curah hujan tinggi diperkirakan berlangsung hingga 2026 sehingga kewaspadaan warga harus berlangsung terus-menerus. Informasi peringatan dini dan jalur evakuasi dari pemerintah daerah diharapkan dapat menjadi pedoman penyelamatan.
“Kita antisipasi ketika ada kejadian bencana. Minimal kita sudah siap untuk melakukan penanganan dan pertolongan kepada masyarakat yang kena korban,” ujarnya.
Lutfi memastikan pembaruan pemetaan risiko dilakukan secara berkala untuk mendukung intervensi cepat di lapangan. “Jumlah titiknya banyak, ratusan se-Banten termasuk kabupaten dan kota. Yang paling banyak memang banjir di Tangerang,” katanya.
Baca juga: 17 tahun mengabdi, guru di Pandeglang bertahan dalam keterbatasan
