Serang (ANTARA) - PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat (JBB) melalui Fuel Terminal (FT) Cikampek meraih Rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) melalui Program Prakarsa Bagja Juara dengan konsep Pemberdayaan Petani Pertama melalui Tukar Jerami dengan Air di Pondok Pesantren Hidayatul Burhan, Desa Pasirtanjung, Karawang, Kamis (11/12).
Program inovatif ini melibatkan sekitar 150 petani aktif yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Pasirtanjung dan wilayah sekitarnya. Para petani secara kolektif menukarkan jerami pascapanen yang sebelumnya tidak bernilai ekonomi menjadi akses air bersih dan sarana pendukung pertanian.
Pencapaian Rekor MURI ini menjadi bukti keberhasilan kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan mitra binaan. Kegiatan ini dihadiri oleh Direktur Operasional MURI Yusuf Ngadri, Wakil Bupati Karawang Maslani, jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Karawang, Camat Lemahabang Sri Redjeki, Kepala Desa Pasirtanjung Saepudin, serta para mitra dan tokoh masyarakat.
Wakil Bupati Karawang, Maslani menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif Pertamina yang dinilai memberikan dampak nyata bagi lingkungan dan kesejahteraan warga.
“Atas nama Pemerintah Kabupaten Karawang, kami mengapresiasi kolaborasi ini. Program ini memberi solusi nyata bagi petani dan lingkungan, dan kami bangga Karawang menjadi yang pertama mencatatkan rekor ini,” ujar Maslani dalam keterangan resmi yang diterima media.
Baca juga: Pertamina Patra RJBB dukung program tukar jerami jadi aset di Pasirtanjung
Fuel Terminal Manager Cikampek, Muhammad Andika Gunawan, menyatakan bahwa capaian ini menunjukkan komitmen Pertamina terhadap keberlanjutan.
“Program ini hadir untuk mengatasi persoalan lingkungan dengan mengolah jerami menjadi sumber daya bernilai bagi petani. Kini jerami menjadi simbol transformasi, dan rekor ini milik seluruh masyarakat Karawang,” ujar Andika.
Sebelum Program Prakarsa Bagja Juara berjalan, jerami pascapanen di Desa Pasirtanjung umumnya dibakar karena tidak memiliki nilai ekonomi. Tercatat sekitar kurang lebih 200 ton jerami dibakar setiap musim panen, yang berdampak pada pencemaran udara, peningkatan emisi karbon, risiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), serta penurunan kualitas tanah.
Baca juga: Pertamina Patra Niaga RJBB pastikan kesiapan stok BBM jelang Nataru di Jabar
Di sisi lain, petani dan masyarakat juga menghadapi keterbatasan akses air bersih akibat tingginya biaya sambungan air PAMSIMAS yang mencapai sekitar Rp500.000 per rumah tangga.
Melalui program ini, rata-rata 2–3 ton jerami per musim panen yang sebelumnya menjadi limbah akhirnya kini dikelola secara produktif. Setelah program berjalan, tercatat pengurangan limbah jerami sebesar 673,9 ton per tahun, serta kontribusi terhadap penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Jerami dimanfaatkan menjadi media tanam kumbung jamur, pupuk, dan media tanam pertanian, sekaligus memiliki nilai baru yang dapat ditukar menjadi saluran pipa air PAMSIMAS, air Reverse Osmosis (RO), serta sarana pertanian lainnya.
Program ini juga menjawab persoalan keterbatasan air bersih di Desa Pasirtanjung, di mana sumber air yang tersedia cenderung mengandung kapur dan belum terdistribusi merata. Melalui skema tukar jerami, petani dan masyarakat kini memperoleh akses air bersih yang lebih layak dan berkelanjutan, sekaligus mendorong perubahan perilaku dan peningkatan kesadaran lingkungan.
Baca juga: Pertamina Patra perluas akses pembelian E-Voucher MyPertamina di Indomaret
Keberhasilan Program Prakarsa Bagja Juara tidak terlepas dari peran aktif pemerintah daerah, antara lain melalui dukungan kebijakan dan fasilitasi program dengan terbitnya Surat Himbauan Desa Pasirtanjung Nomor 500.6/16/DS/2024 terkait praktik pertanian berkelanjutan dan pengelolaan jerami ramah lingkungan.
Pemerintah juga melakukan pendampingan kelompok tani bekerja sama dengan Unit Perangkat Teknis Daerah Pertanian Lemahabang, serta sinergi lintas OPD, khususnya Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan dan Dinas Pertanian, melalui pengembangan Program Kampung Iklim (ProKlim), dengan penerbitan Surat Kebaruan DLH atas inovasi pertanian berkelanjutan di Desa Pasirtanjung, serta monitoring program secara berkelanjutan.
Area Manager Communication, Relations & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional JBB, Susanto August Satria, menegaskan komitmen Pertamina dalam memperluas manfaat program.
“Pencapaian ini menunjukkan bagaimana kolaborasi menghasilkan perubahan nyata. Pertamina akan terus berkomitmen menjalankan program pemberdayaan yang berdampak positif, dengan harapan bukan hanya di Karawang, tetapi juga dapat dilakukan di daerah lain,” ujar Satria.
Kehadiran Program Prakarsa Bagja Juara selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, poin 13 tentang penanganan perubahan iklim, serta poin 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi melalui pemberdayaan petani lokal.
Baca juga: Pertamina Patra Niaga RJBB perkuat pengelolaan limbah berbasis vermikompos
