Sejumlah perajin kerupuk di Kabupaten Lebak, Banten mampu meningkatkan ekonomi masyarakat dan secara langsung dapat mengatasi kemiskinan dan pengangguran di daerah itu.
"Kita di sini perajin kerupuk tumbuh dan berkembang sejak Indonesia merdeka hingga kini masih bertahan menggulirkan ekonomi masyarakat,"kata Suhaeri (58) seorang perajin kerupuk warga Pasir Sukarakyat Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Kamis.
"Kita di sini perajin kerupuk tumbuh dan berkembang sejak Indonesia merdeka hingga kini masih bertahan menggulirkan ekonomi masyarakat,"kata Suhaeri (58) seorang perajin kerupuk warga Pasir Sukarakyat Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Kamis.
Para perajin kerupuk di Kampung Pasir Sukarakyat Rangkasbitung Kabupaten Lebak mencapai puluhan unit usaha dengan menyerap tenaga kerja hingga ratusan orang.
Baca juga: Maraknya perumahan di Lebak jadi berkah perajin kursi bambu
Baca juga: Maraknya perumahan di Lebak jadi berkah perajin kursi bambu
Perajin kerupuk di sini asalnya dari Cikoneng Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, namun setelah Indonesia merdeka mengembangkan usaha di Rangkasbitung.
Saat ini, pelaku usaha kerupuk di daerah itu dikelola oleh anak cucu sehingga dapat menyumbangkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat.
"Kami sendiri sudah 30 tahun mengelola usaha pabrik kerupuk dari peninggalan orang tua dan kini bisa menyerap tenaga kerja 50 orang terdiri dari pegawai produksi,pembungkus kemasang, pedagang dan sopir,"kata Suhaeri.
Menurut Suhaeri, pihaknya memproduksi kerupuk yang bahan bakunya terigu selama dua tahun terakhir ini menembus omzet Rp250 juta/bulan.
Baca juga: Perajin asal Lebak andalkan anyaman bambu untuk pemenuhan ekonomi
Baca juga: Perajin asal Lebak andalkan anyaman bambu untuk pemenuhan ekonomi
Sedangkan, untuk biaya produksi, termasuk tenaga pekerja Rp7 juta/hari.
Produksi kerupuk itu dipasarkan sekitar daerah di wilayah Provinsi Banten dengan harga Rp10 ribu/kemasan.
"Kami sekarang merasa kewalahan melayani permintaan pasar," kata Suhaeri.
Begitu juga perajin kerupuk lainnya, Dayat (60), warga Rangkasbitung, Kabupaten Lebak mengatakan sejak dua tahun terakhir ini omzet pendapatan rata-rata Rp250 juta per bulan dengan menyerap tenaga kerja puluhan orang.
Mereka perajin kerupuk hingga sekarang bertahan karena permintaan pasar cukup tinggi, bahkan saat pandemi COVID masih produksi.
Selama ini, pihaknya setiap hari memasarkan kerupuk hingga dua unit kendaraan dari sebelumnya satu unit, karena permintaan konsumen meningkat.
Baca juga: Kerajinan kursi bambu di Lebak tetap diminati konsumen
Baca juga: Kerajinan kursi bambu di Lebak tetap diminati konsumen
Bahkan, omzet pendapatan bersih yang biasanya mencapai Rp 800.000, namun kini mencapai Rp 1,6 juta/hari.
"Kami sejak melanjutkan usaha dari orang tua selama 40 tahun itu sudah banyak pelanggan tetap," katanya.
Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Juli Zakiah mengatakan keberadaan perajin kerupuk yang berkembang di daerah ini sejak tahun 1945 sampai sekarang masih eksis menumbuhkan ekonomi masyarakat sehingga dapat mengatasi kemiskinan dan pengangguran.
Saat ini, jumlah pelaku UMKM, termasuk perajin kerupuk mencapai 72 ribu unit usaha dengan perguliran uang hingga miliaran rupiah per bulan.
Pemerintah daerah mengapresiasi omzet pendapatan perajin kerupuk laku keras hingga menembus Rp250 juta per bulan.
"Kami terus melakukan pembinaan dan bantuan agar perajin kerupuk bisa bersaing pasar dan menembus pasar domestik hingga mancanegara," katanya.
Baca juga: Pemkab Lebak ajak warga hindari pemborosan bahan pangan
Baca juga: Pemkab Lebak ajak warga hindari pemborosan bahan pangan