Kerajinan kursi bambu di wilayah Kabupaten Lebak tetap diminati konsumen terutama lokal sehingga mampu membangkitkan perekonomian para perajin.
"Kita jual kursi bambu per setnya terdiri dari tiga kursi dan satu meja Rp600 ribu, sedangkan kursi sofa mebel di atas Rp1,2 juta," kata Apan, seorang perajin warga Cimangenteung Kabupaten Lebak, Kamis.
Selama ini, permintaan kursi bambu di Kabupaten Lebak cukup tinggi hingga mencapai 10 set/bulan sehingga total omzet pendapatan Rp6 juta.
"Kami bersama anak sudah delapan tahun memproduksi kerajinan kursi bambu,namun baru dua tahun terakhir kebanyakan konsumen lokal," katanya menjelaskan.
Menurut dia, kebanyakan konsumen lokal membeli kursi bambu itu, selain memiliki nilai keunikan dan seni juga kuat hingga tahunan. Apalagi, kursi bambu itu di atasnya terdapat lembaran busa, sehingga didudukinya lebih nyaman.
"Permintaan konsumen sebenarnya tinggi, tapi kami hanya mampu bikin 10 set. Tenaga dan modal juga menjadi kendala," kata Apan menegaskan.
Baca juga: Perajin difabel di Lebak kewalahan layani permintaan kerajinan bambu
"Permintaan konsumen sebenarnya tinggi, tapi kami hanya mampu bikin 10 set. Tenaga dan modal juga menjadi kendala," kata Apan menegaskan.
Baca juga: Perajin difabel di Lebak kewalahan layani permintaan kerajinan bambu
Begitu juga perajin kursi bambu Madi (50). Menurut warga Margajaya Cimarga Kabupaten Lebak, permintaan produk kerajinannya cenderung meningkat hingga saat ini.
"Biasanya hanya tujuh set per bulan, tapi saat ini bisa mencapai 10 set. Untuk harga tergantung bahan, mulai Rp450 ribu sampai Rp600 ribu/set," katanya.
"Biasanya hanya tujuh set per bulan, tapi saat ini bisa mencapai 10 set. Untuk harga tergantung bahan, mulai Rp450 ribu sampai Rp600 ribu/set," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Abdul Waseh mengatakan pemerintah daerah terus mengembangkan aneka kerajinan bambu, karena menyumbang pendapatan ekonomi dan penyerapan lapangan pekerjaan.
Saat ini, perajin bambu di Kabupaten Lebak tersebar di 28 kecamatan dan mencapai 350 unit usaha. Berkembangnya kerajinan tersebut karena didukung bahan baku melimpah dari perkebunan bambu.
"Kami setiap tahun melakukan pembinaan dan bimbingan teknis kepada pelaku kerajinan aneka produk bambu agar memiliki kualitas dan bisa bersaing pasar," katanya.