Serang (ANTARA) - Penjabat (Pj) Gubernur Banten A Damenta menilai kesadaran masyarakat berperan penting dalam penanganan penyakit Tuberkulosis (TBC), agar edukasi dan promotif dapat dilakukan secara masif.
Damenta dalam keterangannya di Serang, Sabtu, mengatakan Desa Tembong, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, telah menunjukkan implementasi tersebut melalui inovasi Kader Jemput Dahak (Kajedak).
"Desa Tembong ini memiliki inovasi Kader Jemput Dahak (Kajedak). Ini kita harap menjadi motivasi bagi desa lainnya dalam upaya penanggulangan penyakit TBC. Bahkan membuat zero TBC di wilayahnya," katanya.
"Kami juga berharap ini menjadi multiefek dan memotivasi desa lain dan benar-benar nantinya Indonesia zero TBC," ujar A Damenta melanjutkan.
Baca juga: Relawan tangani pasien warga Badui teridentifikasi tuberkulosis
Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Wamenkes RI) Dante Saksono Harbuwono, dalam Kunjungan Kerja Peninjauan Implementasi Multisektor Penanggulangan TBC di desa tersebut pada Jumat (17/1), mengatakan inovasi yang dilakukan Desa Tembong akan direplikasi ke daerah lain.
"Jadi desa ini akan dijadikan desa percontohan. Akan kita replikasi programnya ke desa lain di Indonesia supaya identifikasi penyakit TBC sebagai penyebab kematian dari penyakit infeksi tertinggi di Indonesia bisa diturunkan," ujar dia.
Dirinya berharap dengan masifnya sosialisasi dan edukasi terkait penyakit tuberkulosis ini dapat mengubah stigma masyarakat. Lantaran penyakit itu dapat disembuhkan dengan cara meminum obat secara teratur dan diidentifikasi dengan cepat.
"Selain identifikasi pasien yang sudah kena TBC, program yang akan kami lakukan adalah mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala. Di antaranya orang-orang yang kontak erat, seperti keluarga pasien dan lainnya," kata dia.
Baca juga: Warga diimbau segera periksa jika alami batuk selama dua minggu
Selanjutnya, ia menuturkan untuk mencapai zero tuberkulosis di tahun 2030, terdapat tiga hal utama yang harus dilakukan.
Di antaranya menemukan kasus baru, menemukan kasus tidak bergejala dan melakukan evaluasi terhadap pasien-pasien yang telah diobati untuk memastikan obat yang diberikan diminum sesuai anjuran dokter.
"Dengan tiga pilar ini, diharapkan nanti dari kasus di seluruh Indonesia akan kita selesaikan di tahun 2030," ujar dia.
Sebagai informasi, angka temuan kasus TBC pada tahun 2024 di Provinsi Banten mencapai 55.817 orang. Capaian penemuan tuberkulosis (treatment coverage) 111 persen dari target 90 persen.
Sedangkan untuk angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis (treatment success rate) mencapai 89 persen dari target 90 persen. Selanjutnya capaian pemberian terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) pada kontak serumah 66 persen dari target 68 persen.
Baca juga: Pemprov Banten giatkan penanganan 35.000 balita stunting dan TBC
Sebagai upaya penanggulangan TBC yang telah dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan di Provinsi Banten, di antaranya penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah daerah Provinsi, dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota untuk mendukung percepatan eliminasi TBC tahun 2030.
Kemudian peningkatan akses layanan TBC, peningkatan peran serta komunitas, mitra, dan multisektor, serta peningkatan inovasi di bidang penanggulangan TBC dalam Gerakan Banten Eliminasi TBC (GEBET) dengan Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSS TB).
Pada tahun 2024, Dinas Kesehatan Provinsi Banten mendapatkan penghargaan terbaik ke-2 dalam pelaksanaan program TBC tahun 2024.
Selain itu, layanan rumah sakit terbaik dalam implementasi dan capaian indikator program tuberkulosis tahun 2024, diantaranya RSUD Kabupaten Tangerang, RSUD Pakuhaji, RSUD Dr. Adjidarmo, dan RSUD Kota Tangerang).
Selanjutnya, Puskesmas terbaik dalam implementasi dan capaian indikator program tuberkulosis tahun 2024, yaitu Puskesmas Teluk Naga, Puskesmas Pagedangan, dan Puskesmas Rajeg.
Baca juga: 48 pasien TBC di Lebak dilaporkan meninggal dunia