Sebanyak 200 pasangan calon pengantin di Kabupaten Lebak, Banten memperoleh sosialisasi dan edukasi penurunan percepatan stunting atau kekerdilan yang dialami anak-anak usia bawah lima tahun (balita) akibat gagal tumbuh.
"Kami berharap ke depan tidak ada lagi kasus melahirkan anak stunting baru," kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Banten Rusman Effendi saat kegiatan sosialisasi percepatan penurunan stunting bagi calon pengantin dan pasangan baru Provinsi Banten bertempat di Gedung PGRI Kabupaten Lebak, Senin.
Pemerintah Provinsi Banten berkomitmen dalam penanganan dan pencegahan stunting untuk mempersiapkan generasi emas tahun 2045.
Penanganan dan pencegahan stunting itu berkolaborasi dengan melibatkan antarinstansi pemerintah pusat dan daerah juga tim pendamping keluarga (TPK), Kementerian Agama dan Dinas Kesehatan.
Baca juga: BKKBN optimistis prevalensi stunting turun 14 persen pada 2024
Selama ini, kata dia, penurunan angka pravalensi stunting di Provinsi Banten relatif baik dan tahun 2021 mencapai 25,6 persen, dan 2023 turun menjadi 20 persen.
Penurunan angka prevalensi stunting itu karena kerja keras semua pihak, termasuk pemerintah daerah dan TPK yang mendampingi para calon pengantin tersebut.
Oleh karena itu, pihaknya optimistis Banten pada tahun 2024 bisa tercapai penurunan 14 persen sesuai harapan Presiden Joko Widodo.
"Kami dalam penanganan stunting itu dilakukan dari hulu mulai remaja, pengantin, ibu-ibu hamil juga pascapersalinan dan ibu yang memiliki anak usia 2 tahun. Penanganan stunting dari hulu agar jangan sampai terjadi kasus baru dilakukan intervensi," katanya.
Baca juga: BKKBN komitmen percepatan penurunan stunting 14 persen pada 2024
Baca juga: BKKBN komitmen percepatan penurunan stunting 14 persen pada 2024
Pasangan calon pengantin Opa dan Arif warga Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengatakan dirinya kemungkinan mengelar pernikahan Desember 2023 dan masuk aplikasi eksemil sehingga mendapatkan pembinaan dan edukasi bagaimana untuk membangun rumah tangga yang sakinah dan tidak melahirkan anak stunting.
Dalam pembinaan dan edukasi itu diberikan pemahaman pemeriksaan kesehatan mulai kehamilan, pascapersalinan dan memberikan asupan gizi kepada anak agar tidak melahirkan stunting.
"Kantor Urusan Agama (KUA) dan pemerintah daerah sudah melakukan pembinaan kepada kami untuk persiapan pernikahan," ujarnya.
Sementara itu,Yeni (35) warga Rangkasbitung lainnya mengatakan kini kondisi tubuh dan kesehatan anak ketiganya setelah dinyatakan stunting mulai membaik karena adanya bantuan pangan dari pemerintah setempat.
"Kami berterima pada kegiatan sosialisasi percepatan penurunan stunting juga mendapat paket sembako," katanya.
Baca juga: Enam desa di Lebak Banten terbebas dari stunting
Baca juga: Pj Gubernur Banten apresiasi kemajuan Kabupaten Lebak
Baca juga: Enam desa di Lebak Banten terbebas dari stunting
Baca juga: Pj Gubernur Banten apresiasi kemajuan Kabupaten Lebak