Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia berkomitmen untuk merealisasikan percepatan penurunan stunting atau kekerdilan yang dialami anak-anak mencapai 14 persen pada 2024.
"Kita optimistis angka prevalensi stunting turun hingga 14 persen tahun 2024 sesuai harapan Presiden Joko Widodo," kata Kepala Deputi Advokasi Penggerakan dan Informasi (ADPIN) BKKBN RI Sukaryo Teguh Santoso saat Peluncuran layanan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting di Desa Sangiang Tanjung Kabupaten Lebak, Selasa.
Saat ini di Indonesia sebanyak 13,5 juta masuk kategori risiko stunting dan tahun ini sekitar 2 juta pernikahan dan yang hamil sekitar 80 persen serta dipastikan memiliki anak pertama.
Dengan demikian, pihaknya sudah jelas sasaran siapa itu yang menikah dan hamil, sehingga dilakukan pendampingan juga dilakukan pemeriksaan sehingga terpantau target 14 persen itu.
Baca juga: Entaskan stunting, PMI Tangerang gelar penyuluhan gizi seimbang
Baca juga: Entaskan stunting, PMI Tangerang gelar penyuluhan gizi seimbang
Pemerintah tentu mendukung peluncuran Layanan Program Bangga Kencana dan percepatan penurunan stunting dengan melibatkan Tim Pendamping Keluarga (TPK) dan peningkatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) serta penguatan pusat - pusat pelayanan konsultasi keluarga.
Hal itu sangat penting sebagai rujukan keluarga juga pembangunan keluarga dan bagaimana sistem monitoring untuk pemantau Dana Alokasi Khusus (DAK) yang selama ini digelontorkan pemerintah di semua sektor.
Pelaporan DAK itu di antaranya untuk empat inovasi di antaranya mobil cinta keluarga (Mocuga), ketahanan lansia dan tim pendamping keluarga super hebat sehingga ujung-ujungnya untuk mendukung percepatan penurunan stunting.
Kegiatan itu tentu merupakan terobosan untuk pencapaian 14 persen angka stunting menurun tahun 2024.
"Saya kira empat inovasi itu tentu sangat membantu pemerintah daerah untuk percepatan penurunan kasus stunting," katanya menjelaskan.
Baca juga: Tujuh kecamatan di Kota Tangerang masuk nominasi lomba e-dasawisma Banten
Baca juga: Tujuh kecamatan di Kota Tangerang masuk nominasi lomba e-dasawisma Banten
Menurut dia, kendaraan mocuga sebagai sarana untuk memberikan penyuluhan dan edukasi pelayanan akseptor KB juga termasuk penanganan masalah stunting.
Kendaraan mocuga itu dilengkapi informasi dan berbagai peralatan serta bisa melakukan konseling atau konsultasi di lokasi tersebut, sebab angkutan tersebut berkeliling masuk desa keluar desa sebagai aset pemerintah daerah setempat.
Karena itu, pihaknya optimistis dengan empat inovasi yang dilakukan BKKBN dapat tercapai percepatan penurunan stunting.
Selain itu juga pemerintah mengoptimalkan intervensi melalui penyaluran aneka makanan serta pemeriksaan kesehatan baik kepada ibu hamil maupun anaknya.
Pemerintah juga memberikan bantuan untuk masyarakat pedalaman atau adat berupa sanitasi jamban hingga sarana air bersih dan perumahan.
"Intervensi yang dilakukan itu tentu diutamakan untuk penanganan masalah stunting, termasuk bagi masyarakat Badui," katanya menjelaskan.
Baca juga: Ayo orang tua, kenali tanda lapar dan kenyang pada anak
Baca juga: Ayo orang tua, kenali tanda lapar dan kenyang pada anak
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Lebak Hj Tuti Nurasiah mengatakan jumlah keluarga risiko stunting (KRS) di daerah ini sampai Oktober 2023 menurun menjadi 78.084 kepala keluarga (KK) dari sebelumnya sebanyak 226.633 KK.
Penurunan KRS itu tentu tidak bisa dilakukan pemerintah daerah saja, sehingga melibatkan semua pihak untuk melakukan intervensi melalui penyaluran bantuan kebutuhan bahan pokok, pemberian makanan tambahan, dan pemeriksaan kesehatan.
Selain itu juga pembangunan infrastruktur lingkungan dengan menyediakan sarana air bersih juga jambanisasi yang layak dan peningkatan ketersediaan pangan hingga penyediaan lapangan pekerjaan.
"Kami terus menggandeng berbagai pihak untuk mengatasi stunting agar Lebak terbebas dari kekerdilan anak bangsa itu," katanya menjelaskan.
Sementara itu, Hartati, seorang keluarga resiko stunting warga Desa Sangiang Tanjung Kabupaten Lebak mengatakan dirinya merasa senang menerima bantuan berupa telur sebanyak 1 kilogram, sehingga bisa memenuhi kandungan protein untuk anak kedua bernama Heri (3).
"Kami berharap bantuan telur itu dapat meningkatkan kesehatan dan gizi anaknya yang masuk potensi stunting," katanya.
Baca juga: Penanganan stunting, Pemprov Banten berikan bantuan langsung pada anak-anak
Baca juga: Penanganan stunting, Pemprov Banten berikan bantuan langsung pada anak-anak