Pedagang kue balok khas Menes di Kabupaten Pandeglang, Banten merasa kewalahan melayani permintaan konsumen sehingga bisa meningkatkan pendapatan.
"Kita melayani konsumen itu, selain warga setempat juga pengemudi kendaraan pribadi bersama keluarga hingga warga Menes yang sukses di luar daerah," kata Jumiah (65) seorang pedagang kue balok di Kampung Ciputri Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, Kamis.
Produksi kue balok yang bahan baku dasar dari singkong itu cukup nikmat dan cocok sambil minum bandrek sehingga kondisi tubuh menjadi hangat, terlebih daerah Menes sebagai kaki Gunung Pulosari cukup dingin.
Pembuat kue balok peninggalan dari zaman Jepang kini bisa dihitung dengan jari, sebab anak cucu mereka tidak menggeluti usaha itu.
Padahal, permintaan kue balok cukup tinggi dan belum lama ini warga Menes yang sukses di Pulau Sumatera membelinya dengan jumlah banyak.
Harga kue balok itu dijual Rp5.000 per bungkus dan kini bisa menghabiskan bahan baku singkong sebanyak 40 kilogram singkong menyusul tingginya permintaan konsumen.
Pendapatan dari penjualan kue balok itu bisa Rp4 juta per hari jika menghabiskan satu kilogram singkong dengan rata-rata Rp100 ribu.
"Kami sudah puluhan tahun sebagai pedagang kue balok, namun kini banyak konsumen penikmat kue tradisional itu," katanya menjelaskan.
Baca juga: Geliat perajin abon dan kerupuk ikan patin tingkatkan ekonomi di Lebak
Baca juga: Geliat perajin abon dan kerupuk ikan patin tingkatkan ekonomi di Lebak
Menurut dia, produksi kue balok yang lembut setelah ditumbuk juga ditambah bumbu sarundeng kelapa dicampur gula putih serta diberikan goreng bawang dan dioles minyak goreng banyak diminati konsumen.
Bahan baku singkong di sini cukup melimpah dengan harga Rp4.000 per kilogram di tingkat petani, sehingga produksi kue balok hingga kini tidak kesulitan.
"Kami setiap hari berjualan,namun saat ini permintaan cukup tinggi hingga menghabiskan singkong 40 kilogram," katanya.
Begitu juga pedagang kue balok lainnya, Nong (60) warga Menes mengaku saat ini permintaan kue balok naik tiga kali lipat. Biasanya, produksi kue balok itu sebanyak 10 kilogram singkong, namun kini menjadi 30 kilogram.
"Kami bisa menghasilkan pendapatan Rp3 juta per hari dan keuntungan bersih Rp1,7 juta per hari," katanya menjelaskan.
Sementara itu, Samsiah (55) warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengatakan dirinya terpaksa pergi ke Menes untuk menikmati kue balok dan membelinya untuk keluarga sebanyak 20 bungkus dengan harga Rp100 ribu.
Kami hampir setiap pekan mengkonsumsi kue balok itu sambil minuman jahe dan dikonsumsi malam bersama keluarga," kata Samsiah sambil menyatakan dirinya juga keturunan Menes.
Baca juga: Bahan baku melimpah, UMKM emping melinjo di Lebak terus berkembang
Baca juga: Bahan baku melimpah, UMKM emping melinjo di Lebak terus berkembang