Wisatawan dari berbagai daerah di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat ramai mengunjungi kawasan pemukiman Badui di pedalaman Kabupaten Lebak sambil berburu buah durian.
"Kita bersama rombongan ingin menikmati panorama alam Badui, sekaligus menikmati makan durian," kata Agung, wisatawan warga DKI Jakarta saat ditemui di kawasan Badui, Minggu.
Kawasan Badui di Kabupaten Lebak sangat menyenangkan untuk melepaskan kepengapan di Jakarta dimana panorama alam Badui masih asli dan benar-benar memberikan ketenangan, kenyamanan serta kegembiraan.
Kondisi topografi pemukiman Badui juga perbukitan dan pegunungan, sehingga menjadi tantangan tersendiri.
Baca juga: Pemkab Lebak ajukan sertifikasi varietas benih padi lokal ke Kementan
Baca juga: Pemkab Lebak ajukan sertifikasi varietas benih padi lokal ke Kementan
Mereka para wisatawan berjalan kaki menebus hutan dan jalan setapak menuju pemukiman Badui Dalam maupun jembatan gantung Kadu Gajah.
Para wisatawan yang mengunjungi pemukiman Badui Dalam dari Terminal Ciboleger berjalan kaki selama 4 jam, sedangkan menuju jembatan bambu Kadu Gajah bisa ditempuh selama 1,5 jam.
'Kami berjalan kaki menuju jembatan bambu Kadu Gajah sangat melelahkan, meski sepanjang 3 kilometer," katanya.
Menurut dia, dirinya bersama teman-teman sekantor setelah melakukan perjalanan dari jembatan gantung langsung makan durian.
Harga buah durian Badui dari Rp20 ribu sampai Rp100 ribu dengan memiliki kualitas khas rasa manis, legit dan buahnya tebal.
"Kami datang ke Badui sudah dua kali dan kebetulan musim durian," kata Agung.
Baca juga: Menkes Budi Gunadi dijadwalkan kunjungi Badui serahkan JKN-KIS
Baca juga: Menkes Budi Gunadi dijadwalkan kunjungi Badui serahkan JKN-KIS
Yogi (17), pelajar SMA Bogor mengaku dirinya bersama rombongan sekolah mengunjungi kawasan pemukiman Badui untuk melihat kehidupan masyarakat adat di Banten.
Kehidupan masyarakat Badui luar biasa dengan kesederhanaan juga alamnya masih terjaga dan hijau, sehingga memberikan pelajaran bagi masyarakat untuk mencintai alam agar tidak rusak.
"Kami menginap ke pemukiman Badui selama satu hari dan kondisi alamnya asri dan alami," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan dirinya bersama rombongan sekolah masuk ke pemukiman Badui dilarang mengoperasikan handphone android dan kamera.
Baca juga: Kemarau berkepanjangan, petani Badui tunda tanam padi huma
Baca juga: Kemarau berkepanjangan, petani Badui tunda tanam padi huma
Begitu juga masyarakat Badui Dalam benar-benar kemanapun pergi harus berjalan kaki, sebab naik transportasi angkutan juga dilarang. Sedangkan, masyarakat Badui Luar dibolehkan naik angkutan maupun memiliki handphone android.
"Kami berjalan kaki menuju Badui Dalam cukup melelahkan dan menguras tenaga banyak, namun senang dapat mengkonsumsi buah durian, sehingga rasa kecapekan hilang," kata Yogi
Sementara itu, Sarpin, petugas pencatat tamu di posko Kadu Ketug Ciboleger Kabupaten Lebak mengaku sepanjang akhir pekan wisatawan yang mengunjungi pemukiman Badui sekitar 7.400 orang dan kebanyakan mereka datang bersama rombongan.
"Sekarang, banyak wisatawan yang datang ke Badui, karena panen durian itu dan mereka pulang membawa oleh-oleh durian," kata Sarpin.
Baca juga: Disbudpar optimistis budaya Badui dipadati wisman saat Piala Dunia
Baca juga: Petani Badui mulai gerakan tanam padi huma
Baca juga: Disbudpar optimistis budaya Badui dipadati wisman saat Piala Dunia
Baca juga: Petani Badui mulai gerakan tanam padi huma