Dinas Kesehatan (Dinkes ) Kabupaten Lebak, Banten, memberikan bantuan makanan lokal melalui kegiatan kader posyandu untuk pencegahan stunting.
"Kita sesuai petunjuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk pencegahan stunting dengan memberikan pangan lokal," kata Kepala Pelaksana Harian (Plh) Dinkes Lebak Budi Mulyanto di Lebak, Rabu.
Penyaluran pemberian pangan lokal yang ada di sekitar wilayah itu, antara lain berupa ikan lele, ikan emas, ikan mujair, ikan gurame, daging unggas, belut, serta telur. Selain itu juga ubi-ubian, buah-buahan, serta sayur -sayuran, yang bisa dikembangkan di halaman rumah maupun menggunakan pot ember.
Pemberian pangan lokal itu, kata dia, memiliki kandungan gizi, protein hewani, dan vitamin. "Semua balita yang mendapatkan makanan lokal itu yang positif stunting dan keluarga risiko stunting," katanya.
Baca juga: Menteri KPK/BKKBN minta daerah perkuat percepatan penurunan stunting
Baca juga: Menteri KPK/BKKBN minta daerah perkuat percepatan penurunan stunting
Menurut dia, program makanan lokal untuk stunting dan keluarga risiko stunting hingga kini masih berjalan di 28 kecamatan dengan menggunakan anggaran dari Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk percepatan penurunan stunting.
Oleh karena itu pihaknya berharap anggaran untuk penambahan gizi terus dilanjutkan hingga tahun 2025.
"Kami meyakini kasus stunting di Lebak tahun ini dipastikan menurun," ucap Budi Mulyanto.
Baca juga: Dinas PUPR Lebak kolaborasi atasi stunting, libatkan pemerintahan desa
Baca juga: Dinas PUPR Lebak kolaborasi atasi stunting, libatkan pemerintahan desa
Relawan Posyandu Jeruk Desa Pasar Keong Kabupaten Lebak Eti mengatakan pihaknya setiap bulan memberikan pangan lokal untuk anak stunting dan keluarga risiko stunting dengan membuat puding ubi jalar, singkong, dan pisang, dengan beragam varian. Selain itu juga membuat menu makanan terdiri dari nasi, telur, ikan mas, ikan gurame, dan sayuran.
"Sekarang dari 15 balita, perkembangan dan pertumbuhannya cukup baik setelah mendapatkan makanan lokal itu," katanya.
Berdasarkan hasil intervensi serentak pada Juli-Agustus 2024 terhadap balita di daerah itu, ada sekitar 4,07 persen atau 4.452 balita teridentifikasi stunting, sedangkan akhir tahun 2023 sebanyak 4,8 persen. Data itu, lanjutnya, sudah diinput ke aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM).
Dengan demikian, menurut dia, data stunting itu tentu cukup valid karena berdasarkan nama dan alamat yang jelas.
Baca juga: Santri di Banten diharapkan lalukan perencanaan sebelum nikah
Baca juga: Santri di Banten diharapkan lalukan perencanaan sebelum nikah