Petani Badui Kabupaten Lebak, Provinsi Banten memasuki musim panen raya padi huma yang dikembangkan di lahan darat sehingga mampu menyumbangkan ketersediaan pangan masyarakat adat itu.
"Kami merasa lega panen padi huma seluas satu hektare itu dengan kondisi baik dan tidak terserang hama penyakit," kata Santa (55), seorang petani warga Badui, Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Kamis.
Baca juga: Pemkab Lebak percepat tuntaskan kemiskinan ekstrem
Baca juga: Pemkab Lebak percepat tuntaskan kemiskinan ekstrem
Petani Badui pedalaman Kabupaten Lebak kini sibuk memasuki musim panen padi huma dan berlangsung sampai dua pekan ke depan.
Mereka memanen padi huma di kawasan tanah hak ulayat adat juga kawasan luar adat, seperti di Leuwidamar, Sobang, Cirinten, Cileles, Muncang, Gunungkencana dan Bojongmanik.
Masyarakat Badui untuk panen padi huma di luar tanah hak ulayat adat dengan sistem menyewa lahan milik Perum Perhutani maupun lahan orang lain.
"Kami panen raya padi huma tahun 2023 dari tanam Oktober 2022, karena menggunakan benih lokal dengan masa panen selama enam bulan," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan, panen raya padi huma di wilayahnya di Kecamatan Gunungkencana hingga puluhan hektare di lahan milik Perum Perhutani dengan petani Badui mencapai ratusan orang.
Masyarakat Badui menempati lahan milik negara itu untuk dijadikan areal pertanian tanaman padi huma dengan sistem tumpang sari bersama tanaman sayuran, palawija dan tanaman keras.
"Kami merasa bersyukur hasil panen padi huma tidak terserang hama, karena curah hujan sejak Desember 2022 lalu cukup tinggi hingga menyuburkan lahan pertanian," kata Santa.
Begitu juga Kubil (50) seorang petani Badui warga Kadu Ketug Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak mengaku panen padi huma tahun ini cukup bagus karena didukung curah hujan tinggi.
Kemungkinan panen padi huma bisa menghasilkan sebanyak 30 karung dari lahan 5.000 meter dan bisa memenuhi kebutuhan pangan selama setahun.
"Kami selain menanam padi huma juga menanam budi daya umbi-umbian, pisang dan jagung," katanya.
Kepala adat yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak mengatakan Jaro Saija mengatakan selama ini, masyarakat Badui belum pernah mengalami kelaparan maupun kerawanan pangan.
Sebab, hasil produksi beras dari bercocok tanam di ladang melimpah dan surplus juga hasil panen padi huma tidak dijual, namun disimpan di lumbung pangan atau rumah leuit.
"Kami berharap panen padi huma bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga," katanya.
Ia menjelaskan, masyarakat Badui bercocok tanam padi huma hingga kini masih mempertahankan adat dengan mengembangkan di lahan darat dan tidak di areal persawahan.
Masyarakat Badui hanya bisa menggarap pertanian seluas 2.100 hektare dan mereka terpaksa ke luar kawasan hak tanah ulayat adat untuk mengembangkan usaha pertanian.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Rahmat mengatakan selama ini prinsip masyarakat Badui menata produksi pangan cukup bagus sejak nenek moyang sehingga belum mengalami krisis pangan.
Mereka mempertahankan pangan dengan bercocok tanam padi gogo di lahan darat hingga surplus dan melimpah, karena mereka sebagian gabah disimpan di lumbung pangan atau rumah leuit.
"Hasil panen padi huma itu untuk mempertahankan ketahanan pangan," ujarnya.