Lebak (ANTARA) -
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Latansa Mashiro Rangkasbitung Muhammad Husen menyatakan Hari Pers Nasional (HPN) yang diselenggarakan di Medan,Provinsi Sumatera Utara merupakan momentum untuk peningkatan kualitas para jurnalis agar bekerja lebih profesional sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik ( KEJ) .
"Kita berharap para pekerja kuli tinta dapat mematuhi aturan KEJ itu,"kata Wakil Ketua Bidang Akademik dan Kemahasiswaan STAI Latansa Mashiro Rangkasbitung, Kamis.
Baca juga: Kesbangpol Lebak petakan daerah rawan konflik Pemilu 2024
Selama ini, pihaknya masih menemukan produk jurnalistik yang tidak imbang dalam penyajian berita dan tidak mematuhi aturan KEJ.
Penyajian berita seperti itu tentu bisa merugikan pihak lain dan berdampak terhadap nama baik.
Dengan demikian, para jurnalis dituntut bekerja profesional dalam melaksanakan tugas di lapangan.
Para wartawan dapat menyajikan berita yang seimbang sesuai dengan aturan KEJ dan bermanfaat bagi masyarakat.
"Kita berharap penyajian produk jurnalistik itu dapat memberikan manfaat kepada masyarakat juga berimbang dengan narasumber yang memiliki kapabalitas, "kata Mantan Anggota DPRD Lebak.
Menurut dia, para jurnalis pada tahun politik 2024 dengan pemilihan presiden dan legislatif tentu harus bersikap netral dan tidak berpihak kemana pun.
Apalagi, sekarang tema peringatan HPN Tahun 2023 ialah "Pers Bebas, Demokrasi Bermartabat".
Karena itu, mereka para wartawan mampu menyajikan produk jurnalis yang imbang dan bersikap netral dalam tahun politik 2024.
Selain itu juga jurnalis dapat menyebarkan pemberitaan yang sejuk dan damai serta membangun optimistis juga cinta Tanah Air.
Begitu juga mereka menyebar informasi kepada masyarakat dengan tanggung jawab berdasarkan keilmuannya sesuai Dewan Pers dan UU Pers.
"Jika wartawan bekerja profesional maka mampu mengantisipasi berita hoax,'" katanya.
Ia menyebutkan, para jurnalis itu tentu mereka dalam memproduksi produk berita maupun non-berita sebagai produk jurnalistik jangan sampai salah dalam penyajian kalimat ejaan juga memperhatikan titik dan koma.
Sebab, kata dia, satu kesalahan dalam ejaan kalimat saja bisa fatal dan pembaca tidak bisa mempercayai produk jurnalistik tersebut.
"Kami berharap redaksi media harus teliti dalam penyajian produk jurnalistik itu jangan sampai salah,"kata Husen.