Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten memetakan 415 desa/kelurahan di wilayah itu yang rawan terkena dampak El Nino atau kekeringan dengan puncaknya diprediksi terjadi Agustus-September 2023.
Fungsional Analis Kebencanaan BPBD Provinsi Banten Sukmawijaya di Serang, Rabu, mengatakan wilayah rawan tersebut tersebar di delapan kabupaten/kota, sedangkan paling banyak di Kabupaten Pandeglang. Jumlah tersebut sesuai dengan katalog Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Sudah kita siapkan antisipasi bencana sih, termasuk pemetaan di beberapa wilayah yang berpotensi kekeringan dampak El Nino," kata dia.
Ia menjelaskan kekeringan yang diakibatkan fenomena tersebut dapat berdampak serius pada sektor pertanian dan pasokan air untuk kebutuhan masyarakat.
Dalam menghadapi potensi tersebut, BPBD Banten berupaya meningkatkan kesiapsiagaan dan koordinasi dengan instansi terkait.
"Upaya pencegahan dan mitigasi bencana akan menjadi fokus utama dalam mengantisipasi kekeringan dampak fenomena El Nino, sehingga dengan memetakan wilayah itu nantinya dapat mengetahui gambaran dan mempermudah BPBD dalam pendistribusian," katanya.
Baca juga: BPBD Kabupaten Tangerang petakan wilayah rawan terdampak El Nino
Guna mengantisipasi dampak tersebut, BPBD Banten sudah menyiapkan sumber daya manusia (SDM), termasuk peralatan, seperti kendaraan operasional (mobil tanki air) untuk mendistribusikan air bersih kepada wilayah terdampak.
Dalam situasi yang rawan bencana kekeringan, katanya, keterlibatan aktif masyarakat menjadi kunci untuk mengurangi risiko dan kerugian.
BPBD Provinsi Banten juga mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang dalam menghadapi potensi kekeringan akibat fenomena El Nino.
"Dengan berupaya dan bekerja sama ini diharapkan wilayah Banten dapat mengatasi tantangan bencana serta melindungi keberlangsungan hidup," katanya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan semua pihak terkait dengan dampak yang ditimbulkan dari fenomena El Nino.
"Jadi El Nino itu sesuai hasil prediksi sudah mulai terjadi di Indonesia sejak Juli. Tapi sesuai hasil prediksi juga, El Nino-nya masih lemah di awal-awal Juli itu," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Kamis (20/7).
Dia mengatakan dampak El Nino pada awal Juli masih kurang signifikan atau kurang terasa karena El Nino masih lemah.
Baca juga: Disperindag Lebak jamin stok pangan cukup untuk hadapi El Nino
Baca juga: 12 kecamatan di Lebak Banten rawan kekeringan
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023
Fungsional Analis Kebencanaan BPBD Provinsi Banten Sukmawijaya di Serang, Rabu, mengatakan wilayah rawan tersebut tersebar di delapan kabupaten/kota, sedangkan paling banyak di Kabupaten Pandeglang. Jumlah tersebut sesuai dengan katalog Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Sudah kita siapkan antisipasi bencana sih, termasuk pemetaan di beberapa wilayah yang berpotensi kekeringan dampak El Nino," kata dia.
Ia menjelaskan kekeringan yang diakibatkan fenomena tersebut dapat berdampak serius pada sektor pertanian dan pasokan air untuk kebutuhan masyarakat.
Dalam menghadapi potensi tersebut, BPBD Banten berupaya meningkatkan kesiapsiagaan dan koordinasi dengan instansi terkait.
"Upaya pencegahan dan mitigasi bencana akan menjadi fokus utama dalam mengantisipasi kekeringan dampak fenomena El Nino, sehingga dengan memetakan wilayah itu nantinya dapat mengetahui gambaran dan mempermudah BPBD dalam pendistribusian," katanya.
Baca juga: BPBD Kabupaten Tangerang petakan wilayah rawan terdampak El Nino
Guna mengantisipasi dampak tersebut, BPBD Banten sudah menyiapkan sumber daya manusia (SDM), termasuk peralatan, seperti kendaraan operasional (mobil tanki air) untuk mendistribusikan air bersih kepada wilayah terdampak.
Dalam situasi yang rawan bencana kekeringan, katanya, keterlibatan aktif masyarakat menjadi kunci untuk mengurangi risiko dan kerugian.
BPBD Provinsi Banten juga mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang dalam menghadapi potensi kekeringan akibat fenomena El Nino.
"Dengan berupaya dan bekerja sama ini diharapkan wilayah Banten dapat mengatasi tantangan bencana serta melindungi keberlangsungan hidup," katanya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan semua pihak terkait dengan dampak yang ditimbulkan dari fenomena El Nino.
"Jadi El Nino itu sesuai hasil prediksi sudah mulai terjadi di Indonesia sejak Juli. Tapi sesuai hasil prediksi juga, El Nino-nya masih lemah di awal-awal Juli itu," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Kamis (20/7).
Dia mengatakan dampak El Nino pada awal Juli masih kurang signifikan atau kurang terasa karena El Nino masih lemah.
Baca juga: Disperindag Lebak jamin stok pangan cukup untuk hadapi El Nino
Baca juga: 12 kecamatan di Lebak Banten rawan kekeringan
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023