Lebak (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, mengembangkan pertanian padi gogo di 23 kecamatan dengan areal tanam seluas 7.000 hektare untuk meningkatkan produksi pangan dan ekonomi petani di daerah itu.
"Kami mendorong petani melestarikan pertanian padi gogo," kata Kepala Seksi Padi dan Palawija Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak, Dodi di Lebak, Rabu (23/10).
Pengembangan pertanian padi gogo sehubungan permintaan pasar cenderung meningkat dan dapat mendongkrak pendapatan ekonomi petani.
Saat ini, harga beras padi gogo di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Lebak cukup baik dengan berkisar antara Rp13.000 sampai Rp15.000/liter.
Kebanyakan mereka konsumen beras padi gogo untuk kesehatan karena memiliki kandungan gula relatif rendah.
Oleh karena itu, banyak masyarakat penderita diabetes, jantung dan darah tinggi memilih beras padi gogo.
"Kami minta petani terus meningkatkan produksi dan produktivitas padi gogo," katanya menjelaskan.
Menurut dia, realisasi pengembangan pertanian padi gogo tahun 2019 seluas 7.000 hektare di 23 kecamatan belum dilakukan gerakan tanam akibat kemarau panjang yang menyebabkan terjadi kekeringan.
Kemungkinan besar gerakan tanam pertanian padi gogo pada November-Desember mendatang, karena sudah memasuki musim hujan.
Saat ini, pertanian padi gogo di Kabupaten Lebak tersebar di 23 kecamatan antara lain Kecamatan Gunungkencana, Cileles, Leuwidamar, Cihara, Panggarangan, Bayah, Cirinten, Bojongmanik, Cihara, Panggarangan, Cilograng, Cibeber, Sobang, Muncang dan Sajira.
Begitu juga Kecamatan Cijaku, Banjarsari, Cipanas, Rangkasbitung, Cigemblong, Lebakgedong, Curugbitung dan Cikulur.
Petani mengembangkan pertanian padi gogo di lahan-lahan darat melalui sistem pola tumpang sari dengan tanaman palawija dan hortikultura lainnya. Mereka melakukan pertanian padi gogo, selain lahan milik pribadi juga Perum Perhutani, Perkebunan Cisalak VIII dan perusahaan perkebunan swasta.
Selama ini, lumbung padi gogo juga menjadikan andalan ketahanan pangan petani dengan produksi mencapai 70 ribu ton/tahun.
Ia mengatakan, sebagian besar pertanian padi gogo dengan masa panen selama enam bulan karena mereka menggunakan benih lokal.
Karena itu, pihaknya akan mengembangkan benih padi gogo bersertifikat unggul dan bisa dipanen selama 110 hari setelah tanam.
Benih varietas padi gogo itu jenis Situbagendit dan Inpago karena memiliki kualitas juga bisa dipanen selama tiga bulan ke depan.
"Kami yakin benih bersertifikat itu dapat meningkatkan produktivitas antara 4,5 sampai 5,5 ton gabah kering pungut (GKP) per hektare," kata dia.
Sementara itu, sejumlah petani Kabupaten Lebak mengatakan bahwa mereka hingga kini masih melestarikan pertanian padi gogo, karena cukup membantu ketersediaan pangan keluarga.
Selain itu juga perawatan pertanian padi gogo lebih murah dibandingkan padi sawah, karena padi gogo tidak membutuhkan air banyak juga penggunaan pupuk organik relatif kecil.
"Kami tahun ini mengembangkan pertanian padi gogo seluas 1,5 hektare dengan sistem tumpangsari dengan tanaman jagung," kata Yayat (50) seorang petani di Kecamatan Bojongmanik Kabupaten Lebak.
Lebak kembangkan padi gogo di 23 kecamatan
Rabu, 23 Oktober 2019 21:36 WIB
Banyak masyarakat penderita diabetes, jantung dan darah tinggi memilih beras padi gogo