Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto konsisten menjadikan industri manufaktur sebagai daya ungkit pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga pemerintah bakal lebih fokus untuk memacu kinerja sektor yang memiliki efek berantai tersebut.
“Bapak Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa ke depan akan semakin mendorong peningkatan investasi di sektor industri, terutama yang berorientasi ekspor dan menjadi substitusi impor. Selain itu juga fokus terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM),” kata Menperin lewat keterangannya di Jakarta, Senin.
Melalui implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, pemerintah serius merevitalisasi industri manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global di era digital.
Di era revolusi industri 4.0 saat ini, pemanfaatan teknologi digital menjadi penting guna meningkatkan produktivitas dan kualitas secara efisien serta menghasilkan inovasi produk yang dapat memenuhi pasar domestik maupun ekspor.
“Maka itu, pemerintah bertekad untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif serta memberikan kemudahan perizinan usaha serta memfasilitasi pemberian insentif fiskal dan nonfiskal,” ungkap Airlangga.
Di samping itu, faktor penting lainnya dalam mendorong aktivitas industrialisasi, yakni menjaga pasokan bahan baku dan ketersediaan energi dengan harga yang kompetitif.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Izzudin Al Farras Adha menyampaikan, pembangunan industri manufaktur merupakan upaya utama yang perlu dikerjakan oleh Presiden Joko Widodo untuk periode keduanya.
“Industri manufaktur sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar dapat mendorong konsumsi masyarakat sehingga mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Menurut Izzudin, industri manufaktur khususnya yang menjadi keunggulan komparatif Indonesia, diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang optimal bagi komoditas-komoditas unggulan sehingga tidak mengekspor bahan mentah begitu saja.
Langkah ini dapat pula meningkatkan ekspor sehingga mampu menekan defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia.
Masifnya pembangunan infrastruktur beberapa tahun terakhir, perbaikan reformasi birokrasi yang terus dilaksanakan, serta upaya menekan korupsi dari tingkat pusat maupun daerah merupakan tiga faktor utama pendorong kemajuan bisnis dan industri di Indonesia.
“Idealnya, industri manufaktur dalam waktu lima tahun mendatang dapat meningkat karena ketiga faktor tersebut perlahan-lahan terus dibenahi,” paparnya.
Di samping itu, diiringi dengan political will dari pemerintah untuk mendorong industri manufaktur melalui pemberian insentif kebijakan yang mendukung industri dalam negeri, Izzudin optimistis perekonomian Indonesia di masa yang akan datang tidak lagi mengalami gonjang-ganjing karena faktor-faktor eksternal.