Kain tenun Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten menembus pasar mancanegara sehingga menyumbangkan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat adat setempat.
"Kita memenuhi permintaan pasar ke Jepang, China dan negara lainnya," kata Sekretaris Pemerintah Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Medi saat dihubungi di Rangkasbitung, Lebak, Senin.
Perajin kain tenun Badui kini tumbuh dan berkembang sehingga menyumbangkan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat adat setempat.
Perajin kain tenun Badui kini tumbuh dan berkembang sehingga menyumbangkan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat adat setempat.
Saat ini, perajin kain tenun Badui tercatat sekitar 2.500 unit usaha dan perputaran uang antara Rp500-700 juta per bulan.
Bahkan, permintaan pasar mancanegara cenderung meningkat melalui pemasaran digitalisasi hingga mancanegara.
Baca juga: Digigit ular berbisa, empat warga Badui dirujuk ke rumah sakit
Baca juga: Digigit ular berbisa, empat warga Badui dirujuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen kain Badui juga diminati dari kunjungan wisatawan ke pemukiman masyarakat Badui serta acara - acara lainnya yang dilakukan pemerintah daerah, BUMN maupun pihak perusahaan swasta.
"Kami mengapresiasi omzet perajin kain Badui berkembang dan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat adat setempat," kata Medi.
Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Lebak, Pemerintah Provinsi dan BUMN cukup banyak memperhatikan perajin kain tenun Badui, seperti mempromosikan, memberikan pelatihan digitalisasi serta penguatan permodalan.
Selain itu juga pelatihan manajemen keuangan serta peningkatan mutu dan kualitas sehingga bisa bersaing pasar.
"Kami tentu sangat terbantu adanya bantuan dari pemerintah dan BUMN sehingga pelaku usaha kain tenun Badui berkembang," katanya menjelaskan.
Baca juga: FF UI kolaborasi dengan TIKA tanam hanjeli di kawasan Badui
Baca juga: FF UI kolaborasi dengan TIKA tanam hanjeli di kawasan Badui
Lina (25) perajin masyarakat Badui menyatakan produksi kain tenun tradisional khas Badui kini bangkit kembali dan terbukti banyak pembeli secara konvensional dengan mendatangi perajin di pemukiman kawasan Badui.
Selain itu juga mereka pembeli secara online melalui media sosial, seperti Marketplace, Shopee, Lazada, Akulaku, Tokopedia, Bukalapak, Facebook, Instagram Twitter dan YouTube.
Bahkan, dirinya juga kini sibuk melayani permintaan dari berbagai negara di dunia.
Bahkan, dirinya juga kini sibuk melayani permintaan dari berbagai negara di dunia.
Selain itu juga pihaknya kerapkali mengikuti pameran diberbagai daerah di wilayah Banten dan DKI Jakarta.
"Kami sangat senang kini produksi kain tenun Badui diminati konsumen hingga mancanegara itu,"katanya menjelaskan.
Baca juga: Produksi padi gogo di Lebak pada Januari-Juni 2024 tembus 9.007 ton
Baca juga: Produksi padi gogo di Lebak pada Januari-Juni 2024 tembus 9.007 ton
Ia mengatakan, harga kain tenun Badui itu dari bahan katun berkisar antara Rp250 ribu hingga Rp400 ribu, seperti jenis poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, maghrib, capit hurang, susuatan, suat songket dan smata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka).
Begitu juga motif adu mancung, serta motif aros yang terdiri dari aros awi gede, kembang saka, kembang cikur, dan aros anggeus.
Namun, kain tenun Badui untuk jenis Janggawari lebih mahal hingga menembus Rp1,5 juta dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 1 meter.
"Kami relatif lumayan omzet pendapatan penjualan hingga meraup keuntungan cukup besar per bulan,"kata Lina sambil merahasiakan keuntungan.
Baca juga: Relawan lakukan pemeriksaan ISPA di kawasan adat Badui
Baca juga: Relawan lakukan pemeriksaan ISPA di kawasan adat Badui