"Ngaseuk" padi huma, cara Suku Badui perkuat cadangan pangan
Oleh Mansyur suryana Rabu, 30 Agustus 2023 11:12 WIB
Leuit
Masyarakat Badui Dalam, dengan ciri khas pakaian putih-putih dan kepala ikat putih, tersebar di Kampung Kanekes, Cikeusik dan Cikawartana. Adapun masyarakat Badui Luar, dengan ciri khas pakaian hitam dan ikat kepala biru, tersebar di 74 perkampungan.
Masyarakat Badui, setelah panen padi huma, menyimpang bahana makanan itu di leuit atau lumbung.
Leuit suku Badui tidak memiliki ukuran sama karena bergantung pada luas lahan huma.
Pembangunan lumbung itu biasanya di belakang perkampungan dengan bentuk seperti rumah panggung yang ditopang oleh empat tiang kayu penyangga dengan tinggi sekitar 1--2 meter dari atas tanah.
Sebagian besar bahan yang digunakan untuk leuit merupakan bambu yang dianyam dan atap yang terbuat dari daun sago kirai.
Padi di dalam leuit bisa bertahan cukup lama, hingga puluhan tahun dan terbebas dari tikus karena dibangun dengan menggunakan bahan-bahan alam yang bisa menjauhkan dari hama tikus.
"Kami membangun leuit itu tidak menggunakan paku dan papan, cukup pakai bambu dan daun kirai karena sudah menjadi kepercayaan warga Badui," kata Jaro Saija, Kepala Desa Kanekes itu.
Selama ini, masyarakat Badui belum pernah mengalami kerawanan pangan, apalagi sampai kelaparan.
Baca juga: Petani Badui mulai garap ladang padi huma dan palawija
Baca juga: Petani Badui mulai garap ladang padi huma dan palawija
Saat ini, cadangan pangan masyarakat Badui sebanyak 8.000 leuit sehingga memenuhi ketersediaan pangan dan tidak terdampak El Nino. Andai padi huma gagal panen pun, masyarakat Badui masih memiliki cadangan pangan yang cukup.
Masyarakat Badui sejak dulu hingga sekarang memiliki kedaulatan pangan dengan memiliki leuit untuk menyimpan gabah padi hasil panen.
Jumlah lumbung yang ada sebanyak 8.000 leuit dari 4.000 keluarga dengan penduduk 13.309 jiwa dan dari 8.000 lumbung pangan itu, jika rata-rata sebanyak tiga ton/lumbung, berarti jumlah total 24 ribu ton gabah.
"Kami meyakini stok pangan di lumbung itu bisa dijadikan pangan keluarga jika terserang hama maupun bencana alam," katanya.
Kubil (45), warga Badui, mengaku di lumbung pangan miliknya terdapat 3 ton dari hasil panen huma selama 5 tahun.
Sampai saat ini gabah yang ada di lumbung digunakan sebagai cadangan pangan jika terjadi pailit, seperti gagal panen akibat kemarau maupun dilanda bencana.
Baca juga: Masyarakat Badui miliki cadangan pangan 8.000 lumbung
Baca juga: Masyarakat Badui miliki cadangan pangan 8.000 lumbung