Sejumlah petani Badui di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mulai menggarap ladang padi huma dan palawija guna memenuhi ketersediaan pangan dan peningkatan ekonomi keluarga.
"Kita sejak sepekan ini melakukan penebangan pepohonan dan membersihkan rerumputan ilalang untuk menggarap ladang," kata Santa (55) seorang petani Badui di Lebak, Rabu.
Pertanian ladang hingga kini menjadi andalan untuk ketersediaan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat Badui. Mereka petani Badui membuka hutan maupun membersihkan rerumputan ilalang.
Setelah dikeringkan dilakukan pembakaran pepohonan dan rerumputan serta limbahnya dijadikan pupuk organik untuk menyuburkan lahan pertanian ladang.
Baca juga: Dari Ladang, masyarakat Badui penuhi pangan dan ekonomi
Baca juga: Dari Ladang, masyarakat Badui penuhi pangan dan ekonomi
Dimana pertanian di Badui menggunakan sistem tanam tumpang sari mulai padi huma yang menjadi pokok juga tanaman lainnya, seperti jahe, kencur, tebu endog, pisang,jagung, kacang tanah dan lainnya.
Tanaman padi bisa dipanen enam bulan dan palawija bisa dipanen 40 hari setelah tanam, seperti jagung, jahe, kencur dan tebu endo selama delapan bulan dan pisang 12 bulan.
"Kami menanam pertanian ladang itu sesuai kalender adat antara Oktober -November 2023, Dimana pada bulan itu biasanya memasuki musim hujan," kata Santa.
Menurut dia, ia menggarap pertanian ladang seluas satu hektare di kawasan lahan milik Perum Perhutani di Kecamatan Gunungkencana, Kabupaten Lebak.
Diperkirakan petani Badui yang menggarap lahan milik Perum Perhutani sekitar 80 kepala keluarga.
Baca juga: Tetua Badui ajak warganya optimalkan gerakan tanam hadapi El Nino
Baca juga: Tetua Badui ajak warganya optimalkan gerakan tanam hadapi El Nino
Namun, petani Badui jika menggarap pertanian ladang setiap tahunya harus bergantian lokasi yang jaraknya berdekatan dengan lokasi tahun lalu.
Pergantian lokasi pertanian ladang itu sesuai dengan amanat adat leluhur dan tidak menggunakan alat cangkul.
"Kita menggarap pertanian ladang itu nantinya bisa memenuhi ketersediaan pangan dan pendapatan ekonomi keluarga dan bisa membayar sewa lahan ke Perum Perhutani," katanya menjelaskan.
Begitu juga petani Badui lainnya, Kudil (40) mengaku dirinya kini mulai menggarap pertanian ladang dengan melakukan penebangan pepohonan dan membersihkan rerumputan ilalang.
Ia menggarap pertanian ladang itu di lahan milik di kawasan tanah hak ulayat adat di pemukiman Badui.
"Kami berharap tanaman tahun ini bisa menghasilkan panen padi huma dan tanaman lainnya tahun 2024 dengan maksimal tanpa serangan hama dan penyakit tanaman,"katanya menjelaskan.
Baca juga: Perajin tenun Badui pasarkan produknya lewat media sosial
Baca juga: Perajin tenun Badui pasarkan produknya lewat media sosial
Tetua adat yang juga Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak Jaro Saija mengatakan saat ini petani Badui sekitar 3000 kepala keluarga melakukan penggarapan pertanian ladang dan jadwal tanam pada Oktober -November sehingga bisa terbebas dari ancaman El Nino atau kekeringan yang puncaknya Agustus -September.
"Kami berharap petani Badui berjalan lancar dan tidak ada korban gigitan ular berbisa, sehingga menghasilkan panen melimpah juga bisa meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga," kata Jaro Saija.
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan pemerintah daerah sangat terbantu produksi pertanian masyarakat Badui.
Meski petani Badui itu menolak pembinaan dan pengenalan peralatan teknologi,namun berhasil memenuhi ketersediaan pangan keluarga dari hasil panen padi huma.
"Kami menerima laporan bahwa masyarakat Badui memiliki 6.000 lumbung pangan atau "leuit", sehingga ketersediaan pangan melimpah dan tidak ada kelaparan," kata Deni.