Lebak (AntaraBanten) - Pemberantasan Frambusia atau sejenis penyakit kulit yang menyerang sekujur tubuh membutuhkan komitmen bersama guna mendukung eliminasi penyakit itu, kata Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr Nining.
"Kita berharap pemberantasan penyakit Frambusia itu melibatkan semua pihak, termasuk bupati, camat hingga rukun warga," katanya saat acara advokasi dan sosialisasi intensifikasi penemuan kasus Frambusia di Lebak, Selasa.
Ia mengatakan selama kurun 14 tahun (2001-2014) penemuan kasus Frambusia di Kabupaten Lebak tercatat 88 kasus dan hingga saat ini belum terbebas dari penularan penyakit kulit tersebut.
Semua penderita Frambusia adalah warga Komunitas Suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar.
Dari 88 kasus Frambusia itu, di Kampung Pamoean sebanyak 11 penderita, Cibogo (6), Cikadu (2), Batara (1), Cisaban (2), Serokokod (1), Cibeoa (9), dan Cikeusik (56).
Namun, kasus Frambusia terakhir pada 2014 ditemukan sebanyak lima penderita.
"Semua penderita penyakit Frambusia itu mendapat pengobatan agar mereka tidak menularkan kepada warga lainnya," katanya.
Ia menyebutkan di Pulau Jawa penyebaran penyakit Frambusia hanya ada di Kabupaten Lebak sehingga diperlukan dukungan mulai dari bupati, camat, kepala desa, hingga rukung warga.
Penyebab penyakit Frambusia itu, katanya, buruknya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) warga setempat.
"Sebab mereka tingkat PHBS sangat rendah, seperti berpakaian sampai berminggu-minggu tidak diganti, mandi tidak menggunakan sabun, dan bahkan warga Baduy ketika tidur tidak beralas tikar," katanya.
Perilaku seperti itu, kata dia, merupakan kebiasaan masyarakat Baduy sehingga petugas medis kesulitan untuk mengubah pola hidup bersih dan sehat.
"Saya kira dengan hidup kurang bersih tentu sangat rawan terhadap penyebaran penyakit menular, seperti Frambusia itu," ujarnya.
Ia menjelaskan petugas medis hingga saat ini terus melakukan pengobatan maupun pencegahan penyebaran penyakit tersebut.
Meskipun penyakit Frambusia itu tidak mematikan, karena menyerang pada bagian kulit saja, seperti luka koreng, katanya, tetapi bisa menurunkan produktivitas.
Ia menjelaskan pengobatan Frambusia dilakukan dengan penyuntikan jenis Benzetin untuk membunuh kuman-kuman pada bagian tubuhnya.
Namun, katanya, hingga saat ini penyakit koreng-koreng yang menyerang bagian kaki, tangan, dan badan belum terbebas dari daerah itu.
"Kami terus melakukan pemantauan dan pengawasan agar penderita itu tidak menular pada warga lainnya," katanya.
Dinkes: Pemberantasan Frambusia Butuh Komitmen Bersama
Selasa, 26 Agustus 2014 14:43 WIB