Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo meminta sistem peringatan dini bencana di Indonesia terus diperkuat dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), maha data atau Big Data, metode asimilasi, dan komputerisasi teknologi tinggi.
"Dan lakukan dengan inovasi, teknologi rekayasa sosial, dan cara-cara kreatif untuk membangun kesadaran, ketangguhan, partisipasi masyarakat," kata Presiden dalam puncak peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-72 secara daring, seperti dipantau di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Presiden Jokowi ke Yogyakarta tinjau fasilitas di Candi Borobudur
Pemanfaatan data yang cepat dan akurat menjadi sangat penting untuk membentuk sistem peringatan dini dan mitigasi bencana yang efektif, katanya.
Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi mumpuni seperti AI dan Big Data bertujuan agar data dan informasi kebencanaan dapat dihimpun secara akurat dan digunakan oleh seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat.
"Kembangkan sistem peringatan dini yang andal dengan menyediakan data dan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika secara cepat dan akurat, yang sangat dibutuhkan untuk menyusun mitigasi yang handal dan terukur," jelasnya.
Presiden juga mengatakan sistem edukasi kebencanaan harus terus dilakukan secara berkelanjutan, agar masyarakat dapat merespons dengan cepat terhadap potensi risiko bencana.
"Lakukan edukasi, literasi, dan advokasi berkelanjutan. Kapasitas dan ketangguhan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim harus terus ditingkatkan," tegasnya.
Kelompok masyarakat dari petani dan nelayan juga harus menerima edukasi bencana agar mampu beradaptasi dengan kondisi iklim saat ini. Sehingga, para petani dan nelayan dapat tetap bekerja produktif dan mampu menjaga ketahanan pangan.
"Kita tingkatkan pengetahuannya agar memiliki kemampuan adaptasi pada perubahan iklim, tetap dapat bekerja dengan produktif dan aman untuk jaga ketahanan pangan kita," ujarnya.