Tanjungpinang (ANTARA) - Isdianto cetak sejarah baru di Indonesia, karena lahir bukan dari hasil pilkada, kata pengamat politik, Endri Sanopaka.
"Jadi pelantikan Isdianto sebagai Gubernur Kepri definitif Senin sore (27/7) sebagai sejarah baru, yang belum pernah terjadi di Indonesia," ucap Endri di Tanjungpinang, Selasa.
Keunikan lainnya, yang mungkin dapat dianggap negatif yakni dalam satu periode (2015-2020) terdapat tiga orang berbeda yang menjadi Gubernur Kepri yakni HM Sani (almarhum), Nurdin Basirun dan Isdianto. Isdianto merupakan adik kandung dari Sani.
"Dalam satu periode pun ada abang dan adik yang memimpin Kepri," ucapnya, yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Raja Haji Tanjungpinang.
Dalam perspektif politik, karir Isdianto hingga menjabat sebagai Gubernur Kepri, menarik untuk diteliti. Isdianto menggunakan saluran selain pilkada untuk menggapai cita-citanya.
Saluran demokrasi itu memiliki legitimasi, meski nama Isdianto tidak pernah tercatat sebagai calon Gubernur Kepri pada pilkada.
Terkait kepercayaan publik terhadap Isdianto, Endri mengatakan sejauh ini belum tampak reaksi negatif dari publik yang mengemuka. Namun ia yakin publik masih menilai.
Salah satu faktor yang lagi-lagi menguntungkan Isdianto yakni pandemi COVID-19 sehingga fokus publik menyelamatkan diri agar tidak tertular vorus tersebut, dan mungkin memaklumi keterbatasan pemerintah di masa pandemi. Selain itu, bantuan sosial yang langsung diserahkan Isdianto juga secara otomatis meningkatkan popularitas dirinya.
Sejalan dengan persoalan itu, Isdianto memiliki waktu hingga Desember 2021 untuk membuktikan dirinya berkualitas sebagai pemimpin di Kepri. Masyarakat akan menilai kinerjanya.
Kepercayaan publik dan kepuasan masyarakat terhadap kinerja Isdianto akan tampak jelas dari hasil pilkada 9 Desember 2020, apakah Isdianto yang digadang berpasangan dengan Suryani meraup suara terbanyak atau sebaliknya.
"Ini menarik untuk diteliti, mulai dari proses awalnya hingga berhasil menjabat sebagai Gubernur Kepri," katanya.
Berdasarkan catatan Antara HM Sani, abang kandung dari Isdianto, yang berhasil memenangkan Pilkada 2015 berpasangan dengan Nurdin Basirun.
Sana-Nurdin dilantik 12 Februari 2016 sebagai pemimpin di Kepri. Namun Sani yang sudah dua periode menjabat sebagai Gubernur Kepri meninggal dunia pada 8 April 2016. Tampuk kekuasaan pun beralih ke Nurdin Basirun.
Kemudian Nurdin menggantikan tahta Sani. Kesempatan ini pun diambil Isdianto untuk menempati posisi sebagai Wakil Gubernur Kepri.
Isdianto yang saat itu menjabat sebagai pejabat Eselon II Pemprov Kepri mendaftarkan dirinya sebagai Wakil Gubernur Kepri setelah mendapat dukungan dari partai pengusung HM Sani-Nurdin Basirun yakni Partai Demokrat, Partai Nasdem, PPP dan PKB.
Namun pergulatan politik yang terjadi mulai pertengahan tahun 2016 hingga awal 2018 tidak membuahkan hasil. Akhirnya Isdianto masuk ke PDIP untuk memuluskan langkahnya sebagai Wakil Gubernur Kepri mendampingi Nurdin Basirun. 27 Maret 2018 Isdianto menggapai cita-citanya sebagai Wakil Gubernur Kepri dari kader PDIP.
Isdianto akhirnya menjabat sebagai Plt Gubernur Kepri setelah Nurdin Basirun ditangkap KPK pada 10 Juli 2019. Kala itu kondisi politik pun berlahan-lahan berubah, hubungan Isdianto dengan pengurus PDIP retak hingga akhirnya ia dikeluarkan dari PDIP menjelang Pilkada Kepri 2020.
10 Juli 2019, Nurdin ditangkap KPK, dan divonis empat tahun penjara oleh hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta pada 9 April 2020.
Setelah setahun lebih tiga bulan, Isdianto akhirnya dilantik sebagai Gubernur Kepri.
Gubernur Kepri Isdianto, pertama di Indonesia bukan hasil pilkada
Selasa, 28 Juli 2020 15:58 WIB
Jadi pelantikan Isdianto sebagai Gubernur Kepri definitif Senin sore (27/7) sebagai sejarah baru, yang belum pernah terjadi di Indonesia