Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mengembangkan pertanian komoditi jagung dan sorgum seluas 1.300 hektare guna mendukung produksi pangan nasional.
"Gerakan penanaman komoditi jagung dan sorgum dilakukan secara serentak Oktober 2022," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar saat memperingati Hari Pangan Sedunia di Lebak, Selasa.
Baca juga: Kerugian akibat banjir dan longsor di Lebak capai Rp23 miliar
Pengembangan penanaman komoditi jagung jenis hibrida dan sorgum untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional menyusul ancaman krisis pangan dunia, termasuk Indonesia.
Selain itu juga pengembangan jagung dan sorgum untuk meningkatkan pendapatan ekonomi petani agar kesejahteraan mereka menjadi lebih baik.
Selama ini, kata dia, Kabupaten Lebak dapat menjadikan daerah swasembada jagung dan sorgum di Provinsi Banten, karena didukung lahan yang luas.
Pengembangan tanaman jagung yang dikembangkan di sejumlah kecamatan di daerah ini sudah berjalan empat tahun terakhir dan dikelola secara korporasi dengan melibatkan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN).
Produksi jagung itu semuanya ditampung oleh perusahaan peternakan PT CPIN yang berlokasi di Balaraja, Tangerang, sehingga menjadikan pendapatan usaha ekonomi petani setempat.
"Jika produksi panen jagung itu rata-rata 10 ton/ hektare dengan harga Rp4. 000/ kg maka pendapatan kotor petani Rp40 juta/hektare," katanya menjelaskan.
Menurut dia, pihaknya terus mengoptimalkan produksi pangan
dengan melibatkan berbagai komponan dan stokeholder mulai petani, kelompok tani, pengusaha, TNI, PKK dan masyarakat.
Untuk produksi pertanian padi di Kabupaten Lebak relatif aman dengan produksi di atas 500 ribu gabah kering pungut ( GKP) dengan penduduk 1,3 juta jiwa mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat bahkan surplus.
Saat ini, kata dia, produksi jagung dan sorgum bisa menggantikan makanan pokok dari beras jika terjadi krisis pangan yang melanda dunia.
Karena itu, pengembangan pertanian jagung dan sorgum seluas 1.300 hektare dengan difasilitasi oleh pihak pengusaha Mulyadi Jayabaya yang juga Mantan Bupati Lebak.
"Kami optimistis dengan pengembangan jagung dan sorgum dapat memenuhi ketersediaan pangan masyarakat juga peningkatan ekonomi," katanya menjelaskan.
Ia juga mengajak petani dapat menggunakan pupuk organik cairan BIOS 44 yang bisa menggemburkan tanah dan penyuburan tanaman serta meminimalisir adanya hama perusak tanaman.
Penggunaan pupuk organik cairan BIOS 44 sudah terbukti di berbagai medan juga di berbagai kondisi tanah dan hasilnya sangat memuaskan dengan menanam komoditas palawija, sayuran, seperti jagung, terong, ketimun cabai dan lainnya.
"Kita minta petani dapat mengembangkan tanaman jagung dan sorgum dengan pengolahan pupuk organik BIOS 44, sehingga dapat memenuhi ketersediaan pangan masyarakat," katanya.
Sementara itu, Dandim Kodim 0603/Lebak Letkol. Arh. Erik Novianto mengatakan pihaknya mengembangkan tanaman jagung dan sorgum seluas 34 hektare guna mengantisipasi ancaman potensi krisis pangan nasional.
Pengembangkan tanaman itu melibatkan kelompok tani dan tenaga penyuluh.
"Kami minta penanaman jagung dan sorgum bisa dilakukan tiga kali musim tanam dalam setahun guna meningkatkan produksi pangan nasional," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022
"Gerakan penanaman komoditi jagung dan sorgum dilakukan secara serentak Oktober 2022," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar saat memperingati Hari Pangan Sedunia di Lebak, Selasa.
Baca juga: Kerugian akibat banjir dan longsor di Lebak capai Rp23 miliar
Pengembangan penanaman komoditi jagung jenis hibrida dan sorgum untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional menyusul ancaman krisis pangan dunia, termasuk Indonesia.
Selain itu juga pengembangan jagung dan sorgum untuk meningkatkan pendapatan ekonomi petani agar kesejahteraan mereka menjadi lebih baik.
Selama ini, kata dia, Kabupaten Lebak dapat menjadikan daerah swasembada jagung dan sorgum di Provinsi Banten, karena didukung lahan yang luas.
Pengembangan tanaman jagung yang dikembangkan di sejumlah kecamatan di daerah ini sudah berjalan empat tahun terakhir dan dikelola secara korporasi dengan melibatkan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN).
Produksi jagung itu semuanya ditampung oleh perusahaan peternakan PT CPIN yang berlokasi di Balaraja, Tangerang, sehingga menjadikan pendapatan usaha ekonomi petani setempat.
"Jika produksi panen jagung itu rata-rata 10 ton/ hektare dengan harga Rp4. 000/ kg maka pendapatan kotor petani Rp40 juta/hektare," katanya menjelaskan.
Menurut dia, pihaknya terus mengoptimalkan produksi pangan
dengan melibatkan berbagai komponan dan stokeholder mulai petani, kelompok tani, pengusaha, TNI, PKK dan masyarakat.
Untuk produksi pertanian padi di Kabupaten Lebak relatif aman dengan produksi di atas 500 ribu gabah kering pungut ( GKP) dengan penduduk 1,3 juta jiwa mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat bahkan surplus.
Saat ini, kata dia, produksi jagung dan sorgum bisa menggantikan makanan pokok dari beras jika terjadi krisis pangan yang melanda dunia.
Karena itu, pengembangan pertanian jagung dan sorgum seluas 1.300 hektare dengan difasilitasi oleh pihak pengusaha Mulyadi Jayabaya yang juga Mantan Bupati Lebak.
"Kami optimistis dengan pengembangan jagung dan sorgum dapat memenuhi ketersediaan pangan masyarakat juga peningkatan ekonomi," katanya menjelaskan.
Ia juga mengajak petani dapat menggunakan pupuk organik cairan BIOS 44 yang bisa menggemburkan tanah dan penyuburan tanaman serta meminimalisir adanya hama perusak tanaman.
Penggunaan pupuk organik cairan BIOS 44 sudah terbukti di berbagai medan juga di berbagai kondisi tanah dan hasilnya sangat memuaskan dengan menanam komoditas palawija, sayuran, seperti jagung, terong, ketimun cabai dan lainnya.
"Kita minta petani dapat mengembangkan tanaman jagung dan sorgum dengan pengolahan pupuk organik BIOS 44, sehingga dapat memenuhi ketersediaan pangan masyarakat," katanya.
Sementara itu, Dandim Kodim 0603/Lebak Letkol. Arh. Erik Novianto mengatakan pihaknya mengembangkan tanaman jagung dan sorgum seluas 34 hektare guna mengantisipasi ancaman potensi krisis pangan nasional.
Pengembangkan tanaman itu melibatkan kelompok tani dan tenaga penyuluh.
"Kami minta penanaman jagung dan sorgum bisa dilakukan tiga kali musim tanam dalam setahun guna meningkatkan produksi pangan nasional," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022