Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir membahas perubahan konsep Sarinah menjadi mal hanya untuk produk-produk usaha mikro kecil dan menengah lokal Indonesia.
"Kami melakukan koordinasi karena ada sinergi BUMN dengan program-program kami, terutama menyangkut pengelolaan Sarinah," ujar Teten Masduki di Jakarta, Kamis.
Teten mengatakan bahwa sesuai arahan Presiden Joko Widodo, Sarinah akan menjadi showroom untuk produk-produk UMKM.
"Tadi kami membicarakan itu. Bagaimana Sarinah bisa menjadi showroom bagi semua produk UMKM Indonesia," katanya.
Sarinah akan diubah menjadi showroom bagi 100 persen produk lokal Indonesia yang akan dijual di mal tersebut.
Terkait konsepnya apakah ritel atau bebas cukai (duty free), Teten menyebut hal itu masih dalam kajian. "Nanti konsepnya ritel atau bebas cukai (duty free) masih dikaji," ujarnya.
Menurut keterangan di situs resminya, Sarinah resmi didirikan pada 17 Agustus 1962 dengan nama PT Department Store Indonesia, dan resmi membuka pintunya kepada masyarakat pada 15 Agustus 1966.
Sebagai BUMN, Sarinah digagas oleh Presiden pertama Soekarno bertujuan untuk mewadahi kegiatan perdagangan ritel dan menjadi roda penggerak ekonomi Indonesia.
Sepanjang keberadaannya, komitmen Sarinah tetap melekat pada kecintaan terhadap barang-barang produk dalam negeri dan dukungan terhadap usaha kecil.
Sarinah mewujudkan komitmen terhadap misi mendukung dan mendorong pembangunan ekonomi Indonesia melalui berbagai upaya untuk mempromosikan produk kerajinan lokal seperti batik. Pada 10 April 1979, Sarinah secara resmi berganti nama menjadi PT Sarinah (Persero).