Pandeglang (ANTARA) - Pasca-pengukuran reaktivitasi jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan oleh Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan RI, warga Kampung Kadomas, Kecamatan Pandeglang mengeluh karena ada yang rumahnya harus tergusur akibat program tersebut, padahal berdasarkan sejarah lahan yang dijadikan untuk rel tersebut milik nenek moyang mereka.
"Terus terang saja kami menempati dan membangunan rumah di atas tanah PJKA yang sudah puluhan tahun bahkan ratusan tahun tidak difungsikan. Jadi kami minta ada relokasi dan dibangunkan rumah yang layak di lokasi yang baru," kata Ust Heri, seorang guru mengaji yang rumah tergusur oleh rencana reaktivitasi rel kereta api Rangkas-Labuan tersebut, Kamis (17/10)
Dijelaskannya, ratusan tahun lalu nenek moyang orang Kadomas adalah pejuang "tanpa nama". Menurut cerita kakenya almarhum Jarian bin Asra dimana dulu tanah mereka (nenek moyangnya-red) di rampas oleh Belanda, karena saat itu kalah sehingga kepemilikan tanah itu diambil alih oleh penjajah, dan selanjutnya digunakan untuk pembangunan rel kereta api Labuan-Jakarta.
"Namun setelah Indonesia merdeka pemerintah dengan di bawah kepemimpinan Ir Soekarno sangat baik hati, dan mengizinkan warga Kadomas membangun rumah di lahan PJKA atas izin dari kepala statsiun.
Pembangunan dilakukan pada 1986 karena sudah tidak difungsikan, maka berdirilah bangunan rumah, bahkan pondok pesantren dan sekolah, katanya menambahkan.
Namun, lanjutnya, pada 2019 pemerintah merencanakan melakukan reaktivasi rel kereta api Rangkasbitung-Labuan. "Ingat pada umumnya masyarakat rela karena kita hidup di negara hukum jadi harus patuh dan taat pada aturan pemerintah daerah maupun pusat. Namun kami atas nama warga memohon kebijakan yang arif atas kelayakan rumah kami kembali," harapnya.
Hal senada juga disampaikan, Ust Omi yang rumahnya terkena reaktivitasi rel kereta api yang merasa bingung harus pindah ke mana, sementara kedua orang tuanya sudah tiada, dan ia tak memiliki apapun.
"Kami hanya hanya bisa pasrah pada Allah Yang Kuasa. Tapi berharap pada Pemkab Pandeglang dan Pemprov Banten memikirkan rakyat kecil," ujarnya, seraya menambahkan bersama beberapa warga telah diundang musyawarah oleh seorang tokoh masyarakat, H Wawan Sofwan agar masyarakat tidak terpropokasi oleh orang yang tidak bertanggunjawab dengan adanya rencana penggusuran tersebut.
"Sungguh mulia mereka bagaikan sahabat Rosulallah, Saidina Umar Bin Khotob. Kami berharap ke depan nanti pemimpin di Pandeglang bukan hanya murah senyum saja tapi benar-benar peduli sesama umat-Nya. Kami diminta untuk tetap bersabar, semoga pemkab memberikan jalan keluar kepada kami," pungkasnya.
Warga Kadomas keluhkan penggusuran terkait reaktivitasi rel kereta api Rangkasbitung-Labuan
Jumat, 18 Oktober 2019 0:07 WIB
Pembangunan dilakukan pada 1986 karena sudah tidak difungsikan, maka berdirilah bangunan rumah, bahkan pondok pesantren dan sekolah, katanya menambahkan.