Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian terus memacu pengembangan industri fesyen muslim di Tanah Air agar semakin berdaya saing di kancah global untuk menujukkan kesiapan Indonesia menjadi salah satu pusat fesyen muslim dunia pada 2020.
"Peluang pasar fesyen muslim di global maupun domestik masih sangat besar. Untuk itu, harus diisi oleh industri fesyen muslim dari dalam negeri,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Airlangga menyampaikan hal itu pada Pembukaan Pameran Muslim Fashion Festival (Muffest) 2019 di Jakarta.
Menurut Menperin, perkembangan jumlah umat Islam dunia menjadi salah satu pemicu utama yang mendorong pertumbuhan industri fesyen muslim. Pada 2018, jumlah populasi umat Islam mencapai 24 persen dari total penduduk muslim dunia.
Sementara itu, The State Global Islamic Economy melaporkan konsumsi fesyen muslim dunia saat ini mencapai 270 miliar dolar AS, yang diproyeksi terus meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 5 persen sehingga pada 2023 bakal menyentuh hingga 361 miliar dolar AS.
Sedangkan, konsumsi fesyen muslim di Indonesia berada di angka 20 miliar dolar AS dengan laju pertumbuhan 18,2 persen per tahunnya.
“Satu hal yang membanggakan bagi kita bersama adalah peningkatan prestasi Indonesia di dunia internasional yang sangat signifikan. Sesuai data dari The State of Global Islamic Economy Report 2018/2019, Indonesia merupakan runner up negara yang mengembangkan fesyen muslim terbaik di dunia setelah Uni Emirat Arab,” kata Airlangga.
Capaian tersebut menunjukkan bahwa selangkah lagi Indonesia dapat berada pada urutan pertama dan menjadi salah satu pusat fesyen muslim dunia.
“Menyongsong tahun 2020 yang hanya tinggal beberapa bulan lagi, kita harus segera mendeklarasikan bahwa Indonesia siap menjadi pusat fesyen muslim dunia pada tahun 2020. Kemenperin siap mengawal untuk mewujudkannya,” katanya.