Jakarta (ANTARA) - Saat menstruasi darah yang keluar mungkin saja berbau tidak sedap yang muncul saat mengganti pembalut.
Ditulis laman Popsugar, Kamis (26/9), seorang ginekologi di New York Alyssa Dweck mengatakan darah menstruasi mengandung darah dan jaringan lapisan rahum yang mengelupas, sehingga baunya mungkin berbeda dengan darah dari luka.
Menurut Mayo Clinic, bau dari vagina yang tidak normal juga bisa menjadi tanda tampon yang lupa diganti. Pertimbangkan alasan itu untuk segera bertindak, karena memakai tampon selama lebih dari delapan jam dapat meningkatkan risiko terkena sindrom syok toksik.
Baca juga: Bagi yang haid, ini makanan dan minuman untuk atasi nyeri
Dr. Dweck juga menambahkan bahwa infeksi lain, seperti infeksi jamur, dapat menyebabkan bau asam, sedangkan IMS tertentu dapat menyebabkan keluarnya cairan berbau busuk.
Anda dapat mengurangi kemungkinan timbulnya bau darah menstruasi dengan menjaga kebersihan yang baik, termasuk menghindari pencucian vagina dengan sabun karena dapat mengganggu pH alami dan menyebabkan infeksi, dan mengganti pembalut atau tampon secara teratur.
Bau darah menstruasi juga terkadang memiliki aroma seperti logam, Dweck mengatakan hal ini kemungkinan besar karena kandungan zat besi dalam darah.
Baca juga: Ini cara olahraga yang tepat saat masuki masa menopause
Sementara menurut Megan Zaander, MD, dokter kandungan bersertifikat di Lake Oswega GYN, banyak orang yang sedang menstruasi akan mengalami bau yang lebih asam, yang berkaitan dengan pH vagina yang asam.
"Vagina sebenarnya merupakan lingkungan yang lebih asam. Jadi ketika orang-orang menyimpulkannya, jika vagina memiliki lebih banyak bau asam, itu sebenarnya normal," tambah Dr. Zaander.
Dr. Zaander menjelaskan bahwa ia biasanya memberi tahu pasien bahwa wajar jika vulva dan vagina memiliki bau, tetapi belum tentu normal jika bagian tubuh ini memiliki bau, misal bau amis yang tidak sedap bisa jadi merupakan tanda vaginosis bakterialis (BV).
Dweck mengatakan pH normal dalam vagina bersifat asam, dan BV dapat disebabkan oleh pengganggu pH seperti antibiotik, perubahan hormon dan aktivis seksual.
Dalam kasus vaginosis bakterial, antibiotik biasanya diresepkan. Untuk infeksi jamur, pengobatan yang dijual bebas mungkin disarankan. Dan di lain waktu, baunya tidak memerlukan pengobatan sama sekali. Apa pun penyebabnya, tidak perlu malu dan dokter akan dapat mengarahkan Anda ke arah yang benar.
Baca juga: Tiga solusi perempuan haid saat berhaji