Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten Nana Suryana melibatkan desa tangguh bencana (destana) untuk menggiatkan sosialisasi kewaspadaan potensi gempa megathrust magnitudo 8,7 yang mungkin terjadi di Selat Sunda.
Nana di Serang, Rabu, mengatakan dalam mitigasi potensi bencana tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah, namun juga dilakukan dengan kesadaran mandiri bersama masyarakat di wilayah rawan bencana.
Ia mengatakan dalam pembentukan desa atau kelurahan tanggap bencana, disiapkan beberapa titik kumpul atau titik evakuasi beserta jalurnya.
Sosialisasi yang dilakukan tidak hanya sekedar memberi arahan pada kondisi normal, di mana titik kumpul dan jalur evakuasi pasti bisa digunakan.
Namun, juga bagaimana mengevakuasi diri saat kondisi darurat, saat hal tak terduga di jalur evakuasi bisa terjadi.
Namun, juga bagaimana mengevakuasi diri saat kondisi darurat, saat hal tak terduga di jalur evakuasi bisa terjadi.
"Makanya prinsipnya bahwa kita tidak panik kemudian kenali prosedurnya jika terjadi gempa itu harus seperti apa. Nah, itu yang sudah kita sosialisasikan," ujar Nana.
Baca juga: BPBD Banten imbau warga tak panik adanya potensi gempa megathrust
Baca juga: BPBD Banten imbau warga tak panik adanya potensi gempa megathrust
Nana mengatakan skenario potensi gempa megathrust untuk kawasan Banten tidak seharusnya menjadi kepanikan yang berlebihan, namun merupakan kewaspadaan.
Ia juga mengimbau agar masyarakat dapat memperhatikan tanda-tanda alam, serta kearifan lokal untuk memastikan ciri-ciri potensi bencana alam terjadi.
Meskipun hingga kini tidak pernah ada yang bisa memastikan kapan, di mana dan berapa kekuatan gempa terjadi.
Meskipun hingga kini tidak pernah ada yang bisa memastikan kapan, di mana dan berapa kekuatan gempa terjadi.
"Jadi yang bisa kita lakukan adalah bagaimana mengurangi risiko itu dengan mitigasi bencana," kata dia.
Nana mengungkap dari skenario potensi gempa megathrust, dapat mengakibatkan kerusakan berat pada bangunan kantor maupun rumah, yang tidak memiliki struktur tahan gempa.
Ia mengatakan mitigasi bencana bisa dimulai dari setiap instansi. Misalnya mengajarkan tentang berbagai tanda bencana dan menggelar simulasi potensi bencana dari tingkat PAUD di sejumlah kabupaten/kota, hingga di tingkat instansi perkantoran atau pemerintahan.
Baca juga: BPBD Lebak bentuk Destana kurangi risiko potensi gempa Megathrust
Baca juga: BPBD Lebak bentuk Destana kurangi risiko potensi gempa Megathrust
Sementara, BPBD Banten juga ikut mengawasi dari peralatan pendeteksi gempa yang ditempatkan di kawasan pesisir seperti Pasawuran, Panimbang, dan Labuan.
Selain itu, berkoordinasi secara spesifik dengan semua unsur pemerintahan dan stakeholder untuk memenuhi peralatan evakuasi yang mumpuni jika potensi bencana terjadi, terutama untuk warga yang tinggal di kawasan pesisir pantai Banten.
Sebelumnya, pada akun edukasi gempa.dunia memaparkan potensi gempa dan tsunami 20 meter dari zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai Siberut.
Dari kajian tersebut, skenario jika terjadi gempa khususnya pada wilayah Banten yakni pada Kabupaten Pandeglang dengan ancaman fatal, tinggi tsunami mencapai 10-20 meter dengan estimasi kedatangan setelah gempa sekitar 30 menit.
Sedangkan potensi untuk Kota Cilegon yakni level ancaman awas, dengan tinggi tsunami 3-10 meter dan estimasi kedatangan mencapai daratan selama 1.15 jam usai gempa terjadi.
Baca juga: BPBD Lebak pantau daerah rawan kekeringan dan krisis air
Baca juga: BPBD Lebak pantau daerah rawan kekeringan dan krisis air