Menurut nelayan setempat, Ahmad Tajudin, di Pandeglang, Rabu, tradisi ruwat laut in merupakan bentuk rasa syukur nelayan atas melimpahnya hasil tangkapan ikan, sehingga diharapkan bisa mensejahterakan nelayan.
Ia mengatakan tradisi ruat laut ini merupakan pestanya para nelayan, dan menjadi tradisi yang terus dilestarikan oleh para nelayan untuk menjaga tradisi leluhur.
Tidak hanya kerbau, peralatan dapur seperti panci, bakul, wajan dan lainnya juga ikut dibuang ke laut. Warga juga akan berebut mengambil air laut untuk dibasuh ke wajahnya masing-masing.
"Membasuh muka pakai air laut ini sebagai syarat tolak bala atau untuk pengobatan, meminta harapan dan keinginan kepada sang pencipta," katanya.
Baca juga: Jelang petik laut, puluhan perahu di Jembrana Bali bersolek
Pantauan ANTARA saat di lokasi ratusan warga terlihat memadati lokasi ruat laut untuk menyaksikan keberangkatan ratusan kapal ke tengah laut. Para nelayan juga berlomba-lomba menghiasi kapal mereka dengan aneka warna dan pernak pernik lainnya.
Baca juga: Jelang petik laut, puluhan perahu di Jembrana Bali bersolek
Pantauan ANTARA saat di lokasi ratusan warga terlihat memadati lokasi ruat laut untuk menyaksikan keberangkatan ratusan kapal ke tengah laut. Para nelayan juga berlomba-lomba menghiasi kapal mereka dengan aneka warna dan pernak pernik lainnya.
Dalam tradisi ruat laut ini, nelayan membawa sesajen serta satu ekor kerbau yang telah disembelih untuk dibawa ke tengah laut. dibawa menggunakan kapal nelayan yang diikuti lebih dari seratus perahu lainnya.
Setelah sampai di laut lepas, satu ekor kerbau ini dilempar ke laut disertakan dengan sesajen yang telah disiapkan dan sesajen ini menjadi rebutan nelayan yang dipercayai masyarakat setempat untuk membawa keberuntungan.
Dalam rangkaian tradisi ini juga diiringi dengan pementasan wayang golek serta melakukan doa sembari berlayar menuju tengah laut.