"Pemprov Banten telah melakukan intervensi secara spesifik dan sensitif," katanya pula.
Menurut dia, intervensi spesifik yang dilakukan berupa pemberian tablet penambah darah kepada 522.926 remaja putri dan 201.907 ibu hamil selama satu tahun, pemberian vitamin kepada 900 ibu hamil dan 3.397 balita, pemeriksaan komprehensif dan pemberian formula 100 kepada 981 balita, pemberian makanan tambahan pangan lokal kepada 3.397 balita dan 900 ibu hamil oleh Dapur PKK.
Pemberian makanan tambahan pangan kering kepada 16.975 balita stunting gizi baik dan 240 ibu hamil, serta melakukan monitoring, evaluasi, pencatatan, dan pelaporan oleh kader posyandu, PKK, puskesmas, dan Dinas Kesehatan.
Baca juga: Cegah stunting, Pemprov Banten gelar program gertak cetting
Baca juga: Cegah stunting, Pemprov Banten gelar program gertak cetting
"Pada bulan Juni pemerintah daerah diperintahkan melakukan intervensi secara serentak di seluruh daerah. Tahun 2024 sangat penting dalam upaya penanganan dan pencegahan stunting. Tahun ini angka stunting seluruh Indonesia ditargetkan di bawah 14 persen," katanya lagi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten Ati Pramudji Hastuti menyebutkan hingga Desember 2023 sebanyak 21.171 anak di Banten masih mengalami stunting dengan gizi buruk dan gizi kurang.
"Angka tersebut berdasarkan pendataan yang telah dilakukan di lapangan, salah satu kategorinya yaitu stunting dengan gizi baik sebanyak 18.000 anak dari 21.171 anak. Meskipun dari gizinya masuk dalam kategori gizi baik, akan tetapi anak tersebut tinggi badannya masih kurang ideal," katanya.
Baca juga: Pemkab Lebak gulirkan lima program wujudkan kesejahteraan masyarakat
Baca juga: Pemkab Lebak gulirkan lima program wujudkan kesejahteraan masyarakat