Usaha makanan keripik di pelosok desa di Kabupaten Lebak, Banten mampu menumbuhkan ekonomi warga dan juga dinilai mampu membantu menekan kemiskinan.
"Kami selama enam tahun menggeluti usaha makanan keripik bisa terpenuhi kebutuhan ekonomi keluarga," kata Absah (60) seorang perajin keripik warga Desa Sudamanik, Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak, Rabu.
Produksi keripik dengan bahan baku singkong dan pisang kini menjadi andalan masyarakat. Apalagi bahan baku di wilayah tersebut melimpah.
Varian keripik yang diproduksi warga ini cukup banyak diantaranya manis, natural, pedas dan pedas.
Selama ini, produksi keripik dari pelosok desa dipasok ke sejumlah kios pedagang di wilayah Rangkasbitung juga wilayah di Banten lainnya. Selain itu juga dijual lewat media sosial.
"Kami menggeluti usaha ini dengan modal Rp10 juta bisa meraup keuntungan Rp2,4 juta per pekan setelah dipotong bayar upah lima orang dan biaya produksi," katanya menjelaskan.
Baca juga: Permintaan kelapa muda di Lebak pada Ramadhan meningkat
Baca juga: Permintaan kelapa muda di Lebak pada Ramadhan meningkat
Begitu juga perajin keripik lainnya, Mimin (45) warga Desa Margajaya Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak mengaku dirinya memproduksi keripik pisang dan singkong sudah berlangsung 15 tahun dan bisa menyerap tenaga kerja warga setempat.
Kami bisa memasok ke pelanggan itu sekitar dua kuintal atau 200 kilogram dengan harga Rp20 ribu per kilogram, sehingga bisa menghasilkan pendapatan Rp4 juta per hari,"katanya menjelaskan.
Sementara itu, Camat Cimarga Kabupaten Lebak Heru mengatakan masyarakat di wilayahnya terdapat 17 desa dengan penduduk 71 ribu kini banyak menggeluti usaha kerajinan keripik pisang karena bahan baku melimpah.
"Kami mendorong agar usaha keripik itu ke depan menjadi andalan ekonomi masyarakat setempat," katanya menjelaskan.
Baca juga: Pedagang kolang-kaling di Lebak kewalahan layani permintaan konsumen
Baca juga: Pedagang kolang-kaling di Lebak kewalahan layani permintaan konsumen