Jakarta (ANTARA) - Merupakan praktik umum di banyak budaya, termasuk Indonesia, bagi anak-anak untuk tidur bersama orang tua mereka, namun perlu diketahui dampak apa saja yang dapat timbul dari kebiasaan ini.
Tidur bersama adalah hal yang umum seperti tinggal bersama dengan orang tua. Di Indonesia, para orang tua tidak keberatan untuk berbagi tempat tidur yang sama dengan anak-anak mereka, dan hal ini dianggap sebagai praktik yang sehat.
Namun, akhir-akhir ini, praktik tersebut dipertanyakan, pro dan kontranya pun mulai banyak dibahas. Berikut beberapa hal positif dan negatif dari kebiasaan tidur bersama anak, dilansir TimesofIndia, Selasa.
Baca juga: Ini tips tidur dalam dua menit meski lingkungan sekitar bising
Menciptakan hubungan emosional yang kuat
Tidur bersama memupuk hubungan emosional yang kuat antara orang tua dan anak, mendorong keterikatan yang aman dan memelihara hubungan.
Hal ini meningkatkan rasa aman dan kebersamaan dalam unit keluarga. Kedekatan jarak memudahkan menyusui di malam hari, sehingga lebih nyaman bagi ibu dan bayi.
Mengurangi risiko kematian mendadak pada bayi
Tidur bersama, jika dilakukan dengan aman, dapat mengurangi risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS) dengan memfasilitasi pemantauan pernapasan bayi secara dekat dan memberikan bantuan segera jika diperlukan.
Kedekatan ini memungkinkan pengasuh untuk merespons dengan cepat terhadap tanda-tanda bahaya atau ketidaknyamanan, yang berpotensi mencegah situasi yang mengancam jiwa selama tidur.
Baca juga: Dokter ungkap tidur mendengkur disebabkan penyempitan saluran pernapasan
Mengganggu jadwal tidur orang tua
Meskipun tidur bersama dapat meningkatkan ikatan dan kenyamanan, hal ini dapat mengganggu jadwal tidur orang tua karena gerakan, dengkuran, atau terbangun di malam hari.
Tanpa disadari hal ini dapat menyebabkan pola tidur yang terfragmentasi dan peningkatan kelelahan, yang berdampak pada kesehatan orang tua dan fungsi di siang hari.
Menetapkan batasan yang jelas dan menerapkan strategi untuk mendorong kebiasaan tidur mandiri bagi orang tua dan anak dapat membantu mengurangi gangguan ini dan meningkatkan kualitas tidur yang lebih baik secara keseluruhan untuk seluruh keluarga.
Membuat anak terlalu bergantung
Tidur bersama memiliki potensi untuk menumbuhkan ketergantungan pada anak-anak, sebab terbiasa tidur di dekat orang tua mereka.
Ketergantungan pada kehadiran orang tua untuk kenyamanan dan keamanan ini dapat menyulitkan anak-anak untuk mengembangkan kebiasaan tidur mandiri.
Mendorong transisi bertahap ke ruang tidur mereka sendiri dan menerapkan rutinitas tidur yang konsisten dapat membantu mengurangi masalah ketergantungan dan mempromosikan otonomi tidur yang sehat pada anak-anak.
Baca juga: Penderita diabetes perlu jadwalkan makan malam untuk cegah gangguan tidur
Batasan usia
Para ahli kesehatan menyarankan para orang tua untuk tidur bersama bayi mereka. Tidur bersama bayi dapat meningkatkan ikatan dan memfasilitasi pemberian ASI, meningkatkan keamanan emosional dan memudahkan pengasuhan di malam hari.
Tidak ada aturan baku mengenai kapan anak-anak harus berhenti tidur dengan orang tua mereka. Namun, jika anak terlalu terikat dan bergantung pada orang tuanya, bukan ide yang baik untuk terus melakukan kebiasaan tidur bersama.
Namun, memisahkan tempat tidur anak dan orang tua secara mendadak bukan hal yang disarankan. Berikan anak waktu untuk membuat keputusan mengenai hal ini.
Mereka tidak boleh merasa bahwa mereka adalah “unit” yang terpisah dan bahwa mereka bukan bagian dari lingkaran kecil yang terdiri dari ayah dan ibu. Secara perlahan, anak akan memahami situasi ini.
Baca juga: Dokter: Kurang tidur jadi faktor bisa sebabkan pikun
Catat, ini dampak baik dan buruk kebiasaan tidur dengan anak
Selasa, 13 Februari 2024 12:25 WIB