Produksi jagung di Kabupaten Lebak, Banten pada 2023 mencapai 3.193 ton dan meraup sekitar Rp3 miliar dari hasil penjualan.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar, Jumat, di Lebak, mengatakan produksi jagung pada 2023 di daerah ini mencapai 3.193 ton atau menurun dibandingkan pada 2022 mencapai 10.000 ton.
Menurunnya produksi itu akibat dampak kemarau panjang atau El Nino, sehingga banyak tanaman jagung tidak tumbuh subur dan terserang hama penyakit.
Produksi jagung petani Kabupaten Lebak itu berasal dari panen seluas 1.017 hektare dan terbesar di Kecamatan Gunung Kencana.
Dari nilai transaksi penjualan sebanyak 3.193 ton diperkirakan di atas Rp3 miliar lebih dengan harga Rp4.000/kilogram dalam bentuk pipilan.
"Sebagian besar produksi jagung itu ditampung oleh perusahaan peternakan, seperti PT Charoen Phohphand di Balaraja, Jaffa di Serang, perusahaan pakan Sukabumi," katanya menjelaskan.
Baca juga: Produksi jagung di Lebak turun alami penurunan
Baca juga: Produksi jagung di Lebak turun alami penurunan
Menurut dia, selama ini, pertanian jagung belum menjadikan andalan ekonomi petani Kabupaten Lebak akibat terbatasnya lahan garapan masyarakat.
Mereka petani jagung itu menjalin kerja sama dengan lahan milik BUMN yakni Perum Perhutani dan Perkebunan Nusantara.
Oleh karena itu, pihaknya tahun 2024 menargetkan produksi jagung 10.000 ton, sehingga dapat mendukung program kedaulatan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat.
"Kami mengapresiasi petani di sini mengembangkan tanaman jagung menerapkan pola tanam tumpang sari dengan tanaman lainnya," kata Deni.
Seorang petani di Kecamatan Gunung Kencana Kabupaten Lebak, Sukri (55) mengatakan, pihaknya kini menggarap lahan seluas satu hektare untuk ditanami jagung menyusul curah hujan tinggi di daerah itu.
"Kami menanam jagung di lahan darat itu untuk memenuhi permintaan pasar Rangkasbitung," katanya.
Baca juga: Panen raya jagung komposit di Serang penuhi kebutuhan lokal
Baca juga: Panen raya jagung komposit di Serang penuhi kebutuhan lokal