Produksi jagung di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten hingga kini menjadi andalan ekonomi petani guna meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Setiawan di Lebak, Minggu, mengatakan hingga saat ini produksi jagung masih menjadi andalan ekonomi petani,
Baca juga: Pengunjung padati permukiman Suku Badui nikmati wisata alam
Baca juga: Pengunjung padati permukiman Suku Badui nikmati wisata alam
Saat ini, pendapatan petani dari hasil produksi jagung kering (pipil) rata-rata enam ton/hektare bisa menghasilkan perguliran uang Rp30 juta dari harga Rp5.000/kilogram.
Karena itu, pertanian palawija jenis jagung terus dikembangkan, karena sangat menguntungkan pendapatan ekonomi petani.
Dari pendapatan sebesar Rp30 juta/hektare itu jika diakumulasikan biaya produksi Rp10 juta bisa meraup keuntungan Rp20 juta/musim selama tiga bulan.
"Sebagian besar produksi jagung itu ditampung oleh perusahaan pakan PT Charoen Phohphand, Balaraja Tangerang dan PT Jaffa, Serang juga dipasok ke Pasar Rangkasbitung," kata Deni.
Menurut dia, saat ini petani Kabupaten Lebak sangat terbantu adanya kerja sama dengan perusahaan pakan yang menampung hasil panen jagung dengan harga relatif baik dan tidak merugikan.
Mereka petani sangat bersemangat dan bergairah untuk mengembangkan usaha pertanian jagung, karena mampu menyumbangkan pendapatan ekonomi keluarga.
Produksi jagung dari Januari sampai Mei 2023 mencapai 2.900 ton pipil dengan luas panen 858 hektare.
Mereka petani mengembangkan pertanian jagung di lahan-lahan darat, karena mudah tumbuh subur dan bisa menghasilkan produksi.
"Kami menargetkan ke depan Lebak sebagai sentra penghasil produksi jagung di Banten," katanya menjelaskan.
Menurut dia, petani Kabupaten Lebak mengembangkan pertanian jagung setelah adanya bantuan dari Pemerintah Banten untuk mendukung swasembada pangan dan peningkatan ekonomi petani.
Mereka petani itu mendapatkan bantuan benih jagung Hibrida dan pupuk bersubsidi melalui program padi, jagung dan kedelai atau pajale.
Selain itu juga adanya korporasi kerja sama perusahaan dengan perusahaan peternak pakan dari Serang dan Tangerang siap menampung produksi jagung sekitar tahun 2010.
Dengan demikian, petani di daerah ini menggeluti usaha pertanian jagung dan menguntungkan.
"Sekarang perguliran ekonomi hasil penjualan hasil produksi jagung di dipastikan miliaran rupiah/tahun,"kata Deni.
Ia mengatakan, kebanyakan para petani jagung itu menanam dengan sistem tumpang sari di lahan milik Perkebunan dan Perum Perhutani.
Selama ini, sentra jagung terbesar di Kabupaten Lebak antara lain Gunung Kencana, Leuwidamar, Cileles, Cijaku, Bojongmanik dan Cimarga.
Mereka petani menggeluti usaha budi daya tanaman jagung, karena menguntungkan dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
"Kami minta petani setelah panen terus melaksanakan gerakan tanam, sehingga usaha pertanian jagung bisa mengatasi kemiskinan dan pengangguran,"katanya menjelaskan.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Desa Bulakan Kecamatan Gunungkencana Kabupaten Lebak Wawan mengaku bahwa warga di desanya itu sebagian besar menjadi petani jagung dengan memanfaatkan lahan milik Perum Perhutani.
Diperkirakan seluas 1.000 hektare lahan tersebut digarap masyarakat untuk ditanami jagung.
"Kami panen jagung selama tiga bulan dengan dua kali musim panen/tahun di lahan milik Perum Perhutani," kata Wawan.