Jakarta (ANTARA) - Penulis buku Hukum dan Sepak Bola, Prof OC Kaligis kecewa karena Republik Indonesia (RI) batal sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 padahal persiapan sudah matang oleh pemerintah dan waktunya tinggal hanya menghitung pekan.
"Akhirnya impian pencinta sepak bola untuk menyaksikan anak bangsa berlaga dan menguji keterampilan pupus sudah," kata Kaligis di Jakarta, Jumat.
Kaligis mengatakan harapan para sponsor, pemegang hak siar, pemilik hotel, restoran, UMKM dan termasuk kunjungan para turis ke Bali juga lenyap.
Masalah tersebut terkait induk organisasi sepak bola dunia (FIFA) membatalkan Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2023 dengan alasan situasi yang tidak memungkinkan akibat adanya penolakan dari Gubernur Bali, I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo serta sejumlah pihak lainnya.
Dia mengatakan, meski sebagai praktisi hukum, dirinya mengikuti dan memperhatikan hubungan Islam dengan Yahudi di negara-negara Arab serta perkembangan sepak bola Indonesia dan dunia.
Bahkan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab didirikan bangunan masing-masing Masjid untuk Agama Islam, Sinagoga (Jahudi) dan Gereja untuk penganut Kristen, mereka hidup berdampingan secara damai.
Meski begitu, bahwa jumlah anggota FIFA melebihi anggota PBB yang pada tahun 1970 saja anggota PBB 126 negara dan FIFA 135 negara. Tapi saat ini jumlah anggota FIFA sebanyak 211 dan PBB 193 negara.
Legenda sepak bola Indonesia, Ramang yang diakui FIFA pada era tahun 1960 meninggal dalam kondisi hidup sederhana dan Kaligis pernah menyaksikan trio Ramang, Suwardi dan Noor Salam bermain di lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan.
Pada era Presiden Soeharto, bila petunjuk presiden adalah jangan mencampur- adukkan sepak bola dengan politik, dapat dipastikan semua gubernur maupun pejabat lainnya patuh, lain halnya Presiden Jokowi bahwa saran dia hanya didengar tapi tidak dilaksanakan oleh segelintir pejabat negara.
Karena menyukai sepak bola, akademisi dari Universitas Negeri Manado (UMN) itu pernah menyaksikan langsung pertandingan di stadion saat final Piala Dunia di Perancis, Afrika Selatan dan Brazil tahun 2014.
Gara-gara kecintaan terhadap sepak bola itu pula maka dirinya menulis dua buku, pada buku tersebut membahas sejarah sepak bola, Lex Sportiva, sejarah lahirnya FIFA, perjanjian perikatan hak siar, hukum perikatan transfer pemain, hak cipta, aspek akutansi dalam sepak bola.
Dalam buku itu juga dicantumkan sejumlah nama pemain sepak bola Indonesia ikut kejuaraan dunia saat penjajahan Belanda serta banyak kasus hukum di dunia sepak bola.
Menurut dia, kini harapan untuk menyaksikan pemain Indonesia bertanding di kandang sendiri sudah lenyap dan terkubur bersama harapan pecinta sepak bola anak bangsa lainnya."
Kaligis mengatakan sebagai pengemar sepak bola sejak lama dan pada tahun 1974 saat sekolah di Jerman, masih sempat menyaksikan gol pemain Muller ketika menjadi juara dunia saat final menumbangkan Belanda.
Kini kecintaan pada sepak bola Indonesia terkubur, katanya, karena batal jadi tuan rumah Piala Dunia.