Jakarta (Antara News) - Komoditas sayuran seharusnya dapat menjadi solusi bagi swasembada pangan di Indonesia, sayangnya sampai saat ini belum ada dukungan yang signifikan terhadap petani terlihat dengan masih tingginya impor hortikultura termasuk sayuran saat ini sekitar Rp14 triliun.
Petani sayur saat ini masih bergantung kepada pasar tradisional untuk menampung hasil panen mereka, padahal itu sangat beresiko, harus ada industri yang bersedia untuk menggandeng mereka menjadi mitra.
Seperti untuk komoditas cabai, seharusnya industri cabai dalam kemasan melibatkan petani agar hasil panennya dapat diserap. Namun di lapangan hal itu tidak terjadi, petani masih mengandalkan pasar tradisional sebagai pendapatan dengan resiko harga jatuh pada musim panen.
Komoditas sayuran seperti labu, kentang, jagung seharusnya dapat menjadi alternatif makanan pokok pengganti beras ke depannya untuk mencapai swasembada pangan. Namun untuk mencapai hal tersebut membutuhkan kerja keras semua pihak terutama dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani sayuran.
Produsen benih sayuran terbesar di Indonesia PT East West Seed Indonesia (Ewindo) dengan pangsa pasar sekitar 45 persen merupakan salah satu produsen yang menyatakan kesiapannya untuk memasok varietas unggul kepada petani dalam upaya menciptakan swasembada pangan dari sayuran.
Pendiri Ewindo, Simon N Groot dalam sambutannya pada sarasehan petani sayuran nasional di Purwakarta, Rabu, mengatakan, salah satu mendorong swasembada pangan dengan cara terus meningkatkan pendapatan petani melalui benih berkualitas.
Menurut dia, dengan banyaknya petani yang menanam sayuran maka kebutuhan pangan masyarakat Indonesia akan dapat diselesaikan tidak perlu impor lagi. Kekurangan nutrisi di masyrakat sebenarnya dapat diatasi dengan banyak memakan sayuran.
Ewindo, kata Simon, dalam usia 25 tahun beroperasi di Indonesia ingin terus terlibat dalam pengembangan sayuran di Indonesia berkerja sama dengan pemerintah untuk mendukung teknologi dibidang pertanian sehingga kesejahteraan petani akan lebih baik lagi ke depannya.
Simon mengatakan, dalam rangka menciptakan swasembada pangan tetap membutuhkan dukungan dari pemerintah terutama dalam menciptakan iklim investasi yang lebih baik lagi bagi para pelaku dibidang hortikultura termasuk perusahaan benih.
Sebagai perusahaan PMA diharapkan pemerintah memiliki kebijakan terkait dengan kepemilikan pemegang saham agar perusahaan dapat lebih solid dalam mendukung program pangan pemerintah.
Digambarkan untuk produsen benih akan sulit berkembang apabila pemegang saham asing dibatasi karena untuk mengembangkan varietas unggul tahan penyakit tetapi produksinya maksimal membutuhkan teknologi yang sangat mahal.
Managing Director Ewindo, Gleen Pardede mengatakan, perusahaan benih merupakan perusahaan kepercayaan, apabila selama ini petani menghasilkan panen yang baik, maka produk itulah yang akan terus dipergunakan bagi petani.
Petani akan memilih benih sayuran yang minim biaya perawatan termasuk penggunaan obat-obatan untuk menghasilkan panen terbaik, kata Glenn.
Saat ini, kata Glenn, terdapat 10 juta petani di seluruh Indonesia yang menggunakan benih Ewindo, dari jumlah tersebut 7.000 petani diantaranya merupakan mitra kerja dalam memproduksi benih hybrida.
Sementara itu Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono, mengatakan pemerintah akan berupaya mendukung berbagai upaya menciptakan swasembada pangan.
Dia berharap, varietas unggul dapat terus diciptakan Ewindo, tentunya dengan melibatkan juga kalangan perguruan tinggi.
Spudnik mengakui apabila konsumsi buah dan sayuran di Indonesia masih di bawah standar FAO, sehingga dibutuhkan produksi sayuran dan buah-buahan berkualitas dengan cara memperkuat industri benih hortikultura di dalam negeri.
Spudnik berjanji dalam upaya memproduksi varietas unggul, pemerintah akan terus memperkuat produsen benih di Indonesia, sedangkan disisi lain akan terus mengendalikan impor hortikultura serta melindungi petani hortikultura.
Dia mengatakan, kecuali bawang merah dan cabai, pihaknya tidak terlalu khawatir terhadap perkembangan komoditi hortikulutra khususnya sayuran. Namun dia berharap perusahaan benih juga meningkatkan tanaman sub tropis yang selama ini mengandalkan impor.
"Komoditi seperti kubis, lobak, sawi putih, pakchoi merupakan tantangan bagi produsen benih agar dapat diproduksi lebih banyak lagi," kata Spudnik.