Lebak (ANTARA) -
Pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten meminta pelaku usaha micro kecil dan menengah ( UMKM) tahu tempe tetap produksi karena permintaan pasar cukup tinggi sehingga dapat menggulirkan roda perekonomian masyarakat.
Pelaku UMKM khususnya produksi tahu tempe kini terdampak melonjaknya harga kedelai sejak sebulan terakhir, bahkan saat ini harga kedelai menembus Rp12 ribu dari sebelumnya Rp8 ribu per kg.
Disebutkan, Kenaikan harga kedelai itu tentu pendapatan keuntungan pelaku UMKM penjualan tahu tempe berkurang. Saat ini, mereka pelaku UMKM tahu tempe di Kabupaten Lebak terancam gulung tikar.
"Kami meminta pelaku UMKM tahu tempe tetap produksi di tengah kenaikan kedelai itu dengan cara baik memperkecil ukuran maupun dinaikkan harga satuannya," katanya.
Menurut dia, penting agar ke depannya dapat mengoptimalkan produksi kedelai sehingga tidak ketergantungan impor. Selama ini, kata dia, pelaku UMKM tahu tempe sejak puluhan tahun hanya mengandalkan kedelai impor.
"Kami berharap Kementerian Pertanian mampu swasembada kedelai sehingga dapat memenuhi permintaan pelaku UMKM itu, " katanya.
Sementara itu, Anggota DPRD Kabupaten Lebak, Provinsi Banten Dian Wahyudi mengatakan pemerintah segera menstabilkan harga kedelai di pasaran sehingga perajin tahu tempe dapat kembali produksi.
Dian Wahyudi memaparkan, kenaikan harga kedelai mengancam pelaku UMKM tahu tempe sehingga pemerintah perlu segera menstabilkan harga kedelai dibandingkan subsidi.
Ia mengemukakan bahwa perajin tahu tempe itu tidak perlu diberikan subsidi ,karena mereka lebih mandiri. Selain itu diharapkan juga abar tidak ada penimbunan barang ataupun faktor lain yang menyebabkan terjadi kelangkaan sehingga harga tidak terjangkau.
"Kami minta pemerintah dapat menyelesaikan harga kedelai itu,sehingga perajin tahu tempe kembali normal, " katanya.
Seperti diwartakan, para pelaku UMKM tahu tempe di Kabupaten Lebak jumlahnya mencapai ratusan dan mereka kini mogok sejak Senin (21/2) sampai Rabu (23/2).