Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin memimpin Rapat Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem di Pesisir, di Istana Wapres, Jakarta, Selasa, dengan mengundang sejumlah kementerian dan lembaga terkait.
Dalam sambutannya, Wapres menyampaikan dirinya ingin mendengarkan paparan dari kementerian dan lembaga terkait tentang penanganan kemiskinan ekstrem di pesisir.
Baca juga: Presiden Joko Widodo kembali bagi-bagi sepeda pada masyarakat
Wapres menyampaikan karakteristik kelompok miskin ekstrem di pesisir antara lain dari sisi demografi anggota keluarga berjumlah lebih besar dibandingkan wilayah lain, serta kepala rumah tangga tidak bersekolah atau hanya lulusan sekolah dasar.
Di sisi lain di wilayah tersebut air bersih dan penerangan kurang memadai, serta infrastruktur dan akses sistem komunikasi perlu diperbaiki.
"Kerawanan gizi buruk, permukiman kumuh di bantaran sungai, akses terhadap pelayanan dasar dan fasilitas kesehatan yang lebih buruk," ujar Wapres di Jakarta, Selasa.
Wapres menyampaikan sejatinya pemerintah telah memberikan perhatian besar di mana anggaran lintas kementerian 2021 untuk peningkatan produktivitas dan pemberdayaan pesisir sudah dialokasikan sebesar lebih dari Rp76 triliun berdasarkan data Kementerian Keuangan.
Selain itu juga ada tambahan bantuan sosial, sembako, serta bantuan langsung tunai desa pada 35 kabupaten prioritas.
Sedangkan untuk tahun 2022, Wapres mengatakan rencana pemerintah fokus pada perluasan, pemberdayaan dan peningkatan layanan kepada masyarakat miskin ekstrem di 25 provinsi.
"Penambahan bansos untuk mengurangi beban miskin ekstrem dan peningkatan pelayanan dasar serta konektivitas," jelas Wapres.
Selain mengundang kementerian terkait, dalam rapat tersebut, Wapres juga turut mengundang TNI Angkatan Laut karena memiliki Program Pembinaan Desa Kampung Bahari Nusantara.
"Itu sebenarnya hal-hal yang sebenarnya hari ini saya ingin memperoleh paparan," ujar Wapres.
Wapres Ma'ruf Amin pimpin Rapat Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem di Pesisir
Selasa, 21 Desember 2021 22:08 WIB
Kerawanan gizi buruk, permukiman kumuh di bantaran sungai, akses terhadap pelayanan dasar dan fasilitas kesehatan yang lebih buruk