Serang, Banten (ANTARA) - Pengurus Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI) Provinsi Banten menjadi tuan rumah penyelengagraan rapat kerja nasional (Rakernas) ABPPTSI Tahun 2021 yang bertempat di Gedung Rachmatoiellah Convention Hall Universitas Serang Raya (Unsera) Banten pada 19 sampai 20 November 2021.
Ketua ABPPTSI Banten H Mulya Rahayu Rachmatuellah di Serang, Jumat mengatakan, dipercayanya APBBTSI Banten sebagai tuan rumah pada penyelenggaraan rakernas tersebut merupakan sebuah kebanggaan dan apresiasi yang diberikan pengurus ABPPTSI Banten, karena pengurus ABPPTSI Banten terbilang baru dan langsung diberikan kepercayaan yang besar oleh ABPPTSI pusat.
"Biasanya kan rakernas ini bergulir pada pengurus-pengurus yang solid yang establish yang lama seperti tahun lalu di Palembang, sebelumnya di Sulawesi Selatan dan sebelumnya lagi di Surabaya. Kalau kita melihat itu kan di kota besar semua. tetapi Alhamdulillah pada rakernas ke empat ini dipilihlah Serang, Banten sebagai tuan rumah," kata Mulya Rahayu.
Mulya Rahayu mengatakan, isu yang dikembangkan dalam rakernas tahun ini adalah bagaimana perguruan tinggi ini terus memberikan solusi bagi masyarakat dan menjadi permasalahan pengembangan baik di masyarakat, permasalahan ekonomi dan lain sebagainya. Jadi, kata dia, masukan atau rekomendasi dari ketua ABPPTSI pusat terkait tema pada rakernas tahun ini kaitanya bagaiaman untuk meningkatkan kompetensi dan kompetensi ini bisa dikolaborasi dengan masing-masing perguruan tinggi lain, sehingga menghasilkan inovasi-inovasi dalam upaya memperteguh kepercayaan masyarakat terhadap perguruan tinggi.
"Jangan sampai masyarakat tidak percaya lagi pada perguruan tinggi kemudian mencari pendidikan-pendidikan alternatif yang justeru itu menjanjikan. Nah inilah yang ingin kita sampaikan di rapatr kerja nasional ini," kata Mulya.
Kemudian permasalahan lainnya dalam organisasi itu masalah biasa yang bisa dicarikan sisi positifnya. Kemudian, kata dia, dari tiga point penting dalam tema rakernas, yakni kompetensi, kolaborasi dan inovasi tersebut didukung dengan perkembangan Informasi teknologi (IT) yang akan menunjang terhadap tiga poin penting tersebut.
"Jangan sampai IT ini jadi ancaman bagi perguruan tinggi. Contohnya perkembangan IT yang begitu canggih ini jangan sampai liar dan mereduksi nilai-nilai yang ada dalam perguruan tingggi. Misalnya, 'blended learning' antara daring dan luring. Nah luring ini harus ada meskipun berapa persen blended nya, jangan sampai tidak ada luring karena adanya perkembangan teknologi canggih ini. Luring itu harus ada atau pertemuan dosen dengan mahasiswa itu harus ada," kata Mulya Rahayu.
Sementara itu Ketua Umum ABPPTSI Pusat Prof Thomas Suyatno menyoroti masih banyaknya konflik yang terjadi dalam kepengurusan atau organ yayasan, secara umum konflik yang terjadi dalam organ yayasan itu disebabkan karena kurangnya pengetahuan atau belum mengetahui dari organ yayasan tersebut terhadap peraturan perundang-undangan mengenai yayasan.
"Saat ini ada 205 lima yayasan yang konflik, Dari inventarisir kami ada tiga jenis konflik yang terjadi," kata Thomas.
Sementara dalam arahannya Dirjen Dikti & Ristek Prof. Ir. Nizam mengatakan, perguruan tinggi dapat menjadi tulang punggung pendidikan tinggi. Ditengah kemajuan teknologi yang pesat harus menyiapkan kompetensi yang belum bisa diketahui untuk 5 tahun yang akan datang.
"Refleksi 5 tahun lalu kita tidak pernah tahu kita bisa telemedicine. Semua ini terjadi karena perubahan teknologi yang sangat pesat. Kita sebagai yayasan penyelenggara pendidikan tinggi harus menyiapkan adik-adik lulusan perguruan tinggi dengan berbagai kompetensi," kata Nizam.