Jakarta (ANTARA News) - PB Persani mengharapkan alokasi olahraga senam di sekolah ditambah dan diajarkan dengan lebih terpadu, tidak seperti sekarang yang menempatkannya sebagai bahan ajar tambahan dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
"Senam memiliki kelebihan keteraturan olah fisik dibandingkan olahraga lain," kata Wakil Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB Persani Dian Widjaja Kesumawati Arifin di Jakarta, Sabtu.
Dia menekankan bahwa dengan keteraturan senam dapat memancing jiwa disiplin dari siswa. Selain itu, olahraga tersebut dapat membantu siswa melakukan kegiatan positif, menambah kelenturan tubuh dan menurunkan resiko cedera.
Senam memang menjadi olahraga yang belum begitu populer di kalangan masyarakat Indonesia. Terlebih, Dian berpendapat, jika sekolah negeri dan swasta tingkat dasar dan menengah di Indonesia belum memiliki sarana dan prasarana untuk memfasilitasi siswa melakukan senam.
Kini justru banyak sekolah asing yang mengajarkan senam berikut penyediaan fasilitas senam, sehingga senam terkesan eksklusif, kata Dian.
"Berbeda saat saya menjadi siswa di sekolah negeri yang memiliki fasilitas senam meski hanya sedikit. Fasilitas senam tersebut menyatu dengan lapangan basket."
Dian Arifin merupakan mantan atlet senam Indonesia era 80-an yang pernah meraih tiga emas dalam perhelatan SEA Games yang berbeda.
"Saya merasa ketika sekolah, dengan fasilitas itu membantu saya untuk berkembang menjadi seorang atlet," kata dia.
Saat ditanya mengenai rencana Persani terkait kompetisi antarpesenam dia menjawab bahwa pihaknya merencanakan mengadakan kompetisi antarsekolah dengan pertandingan yang sederhana.
"Namun kami tidak bisa kalau hanya mengandalkan dana dari pemerintah, harus ada kerjasama dengan pihak luar yang mampu membantu pembiayaan."
Kompetisi tersebut dimaksudkan sebagai penjaringan bakat pesenam di sekolah. Karena menurutnya talenta senam tidak bisa didapatkan ketika calon atlet sudak beranjak dewasa.
"Perbedaan penjaringan senam dengan olahraga lain adalah atlet harus dibentuk dari awal ketika mereka berumur sekitar lima tahun."
Pembinaan atlet tidak bisa dilakukan ketika mereka sudah dewasa karena terkait pembentukan tubuh.
"Contohnya adalah ketika mereka berlatih gerakan split, jika dilakukan saat mereka menginjak dewasa malah dapat membahayakan anatomi tubuh dan hasilnya tidak akan maksimal," katanya.***