Sejumlah petani Badui di Kabupaten Lebak, Banten, mulai musim "ngaseuk" atau menanam padi huma secara serentak pada bulan Oktober-November 2020 untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pendapatan ekonomi.
"Kami hari ini "mengaseuk" atau menanam padi huma," kata Santa (50) seorang petani Baduy saat ditemui di lahan ladang Kecamatan Cileles Kabupaten Lebak, Selasa.
Baca juga: UKM di Lebak alami kemajuan melalui bantuan presiden
Masyarakat Baduy bercocok tanam padi huma di ladang dengan cara berpindah-pindah lahan agar tanamanya tumbuh subur dan menghasilkan ketahanan pangan.
Saat ini, mereka petani Baduy memasuki kalender adat untuk bercocok tanam padi huma dan tanaman palawija serta hortikultura.
Mereka petani Baduy bercocok tanam di ladang dengan sistem tanam terpadu di satu kawasan dengan menanam padi huma, jagung, kacang tanah, jahe, cikur dan pisang.
"Semua tanaman itu bisa menghasilkan panen kacang dengan waktu selama tiga bulan, padi huma enam bulan, cikur, jahe delapan bulan dan pisang setahun," katanya menjelaskan.
Tarwinah (50) petani Baduy mengatakan dirinya bercocok tanam setahun dilakukan satu kali tanam sesuai dengan ketentuan adat.
Selama ini, kata dia, bercocok tanam masyarakat Baduy dijadikan ketahanan pangan keluarga juga sebagian menghasilkan pendapatan ekonomi.
Saat ini, dirinya bercocok tanam ladang seluas satu hektare di perbatasan dengan masyarakat luar Baduy.
"Kami sejak turun temurun menanam padi huma dan tanaman lain di lahan darat tidak menggunakan pupuk kimia," katanya menjelaskan.
Tetua adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Jaro Saija mengatakan saat ini jumlah penduduk Baduy tercatat 11.620 jiwa dan terdiri dari 5.870 laki-aki dan 5.570 perempuan.
Saat ini, masyarakat Baduy tengah memasuki musim tanam dengan cara "mengaseuk" untuk menanam padi huma.
"Semua warga Baduy itu berprofesi tani ladang huma," katanya menjelaskan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar mengatakan pemerintah daerah mendorong petani Baduy meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi panan keluarga dan pendapatan ekonomi.
Sistem pola tanam petani Baduy selalu berpindah-pindah dengan membuka hutan dengan cara tebang bakar sebab sisa-sisa pembakaran tersebut bisa dijadikan pupuk organik untuk menyuburkan lahan pertanian.
"Kami mengapresiasi ketahanan pangan warga Badui itu dari hasil panen padi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan," katanya.
"Kami hari ini "mengaseuk" atau menanam padi huma," kata Santa (50) seorang petani Baduy saat ditemui di lahan ladang Kecamatan Cileles Kabupaten Lebak, Selasa.
Baca juga: UKM di Lebak alami kemajuan melalui bantuan presiden
Masyarakat Baduy bercocok tanam padi huma di ladang dengan cara berpindah-pindah lahan agar tanamanya tumbuh subur dan menghasilkan ketahanan pangan.
Saat ini, mereka petani Baduy memasuki kalender adat untuk bercocok tanam padi huma dan tanaman palawija serta hortikultura.
Mereka petani Baduy bercocok tanam di ladang dengan sistem tanam terpadu di satu kawasan dengan menanam padi huma, jagung, kacang tanah, jahe, cikur dan pisang.
"Semua tanaman itu bisa menghasilkan panen kacang dengan waktu selama tiga bulan, padi huma enam bulan, cikur, jahe delapan bulan dan pisang setahun," katanya menjelaskan.
Tarwinah (50) petani Baduy mengatakan dirinya bercocok tanam setahun dilakukan satu kali tanam sesuai dengan ketentuan adat.
Selama ini, kata dia, bercocok tanam masyarakat Baduy dijadikan ketahanan pangan keluarga juga sebagian menghasilkan pendapatan ekonomi.
Saat ini, dirinya bercocok tanam ladang seluas satu hektare di perbatasan dengan masyarakat luar Baduy.
"Kami sejak turun temurun menanam padi huma dan tanaman lain di lahan darat tidak menggunakan pupuk kimia," katanya menjelaskan.
Tetua adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Jaro Saija mengatakan saat ini jumlah penduduk Baduy tercatat 11.620 jiwa dan terdiri dari 5.870 laki-aki dan 5.570 perempuan.
Saat ini, masyarakat Baduy tengah memasuki musim tanam dengan cara "mengaseuk" untuk menanam padi huma.
"Semua warga Baduy itu berprofesi tani ladang huma," katanya menjelaskan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar mengatakan pemerintah daerah mendorong petani Baduy meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi panan keluarga dan pendapatan ekonomi.
Sistem pola tanam petani Baduy selalu berpindah-pindah dengan membuka hutan dengan cara tebang bakar sebab sisa-sisa pembakaran tersebut bisa dijadikan pupuk organik untuk menyuburkan lahan pertanian.
"Kami mengapresiasi ketahanan pangan warga Badui itu dari hasil panen padi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan," katanya.