Jakarta (ANTARA) - Pelukis Jumaldi Alfi mengatakan masa pandemi virus corona (COVID-19) menjadi momen bagi dirinya untuk mengisolasi diri dan berkontemplasi menemukan cara pandang baru terhadap karya seninya.
"Banyak terjadi perubahan terutama pada mental di situasi sekarang. Banyak hal yang dulu tidak kita pikirkan itu terpikirkan sekarang. Hal-hal yang mungkin remeh," kata Jumaldi Alfi dalam diskusi virtual "#Basri Menyapa Seri 4: Dialog Diri-Lukisan Alfi", Selasa (7/7) malam.
Jumaldi mengatakan saat dia dilanda rasa bosan dia membuka kembali album koleksi dia dan melakukan kilas balik kariernya.
"Sampai akhirnya ada kesimpulan bagaimana memandang dan melihat lukisan itu. Sepintas biasa tapi itu ada perbedaan," ujar Jumaldi Alfi.
Selama tiga bulan masa pandemi, dia mengatakan menjadi lebih banyak menghabiskan waktu di studio lukis miliknya yang diakui telah memberi kekuatan tak kasat mata untuk menggali potensi yang lebih dalam pada dirinya.
"Kalau dulu mungkin saya di studio bisa sampai setengah jam terus kemudian pergi. Tapi saya sekarang bisa setengah hari di studio," kata pria asal Sumatera Barat tersebut.
Pandemi menurut Jumaldi merupakan sebuah berkah di masa sulit.
"Saya bisa kontemplasi tidak grasa-grusu dalam melihat sesuatu," ujar Jumaldi Alfi menambahkan.
Dalam acara diskusi itu, Alfi juga menyisihkan 10 buku tentang perjalanan kariernya secara eksklusif pada para pencinta seni yang ingin memilikinya.
Buku tersebut akan ditorehkan sketsa atas nama pencinta seni yang membelinya, sebagai komplimen pribadi dari Jumaldi Alfi. Buku tersebut adalah edisi terbatas dan tidak dimiliki oleh publik.
"Saya bikin buku ini sangat terbatas dan mungkin tidak akan di produksi lagi. Buku ini kita bikin tanpa editing, tanpa dimanisin. Jadi apa yang saya lontarkan ada di situ," imbuh salah satu pendiri kelompok seni rupa JENDELA tersebut.
Cerdas, pelukis Jumaldi Alfi jadikan masa pandemi sebagai momen kontemplasi
Rabu, 8 Juli 2020 9:45 WIB
Banyak terjadi perubahan terutama pada mental di situasi sekarang. Banyak hal yang dulu tidak kita pikirkan itu terpikirkan sekarang. Hal-hal yang mungkin remeh