Pelaksana tugas Kepala Dinas Ketahanan Pangan Banten Agus Supriyadi menyebut Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang, menjadi peringkat pertama wilayah rentan rawan pangan se-provinsi tersebut.

"Kebetulan ada satu kecamatan di Kabupaten Serang ya. Itu yang masuk di bagian nomor peringkat pertama, Kecamatan Ciomas," ujar Agus di Serang, Selasa.

Agus mengatakan penilaian tersebut melibatkan sembilan indikator. Salah satunya, masalah ketersediaan air bersih, atau masalah dalam mengakses air bersih.

Selain wilayah tersebut, ia juga menyebut kerawanan pangan terjadi di Pandeglang. Sementara di Kabupaten Tangerang, diakibatkan oleh alih fungsi lahan.

Baca juga: Pemkot Tangerang gelar Gerakan Pangan Murah edisi Kemerdekaan RI

Agus mengatakan untuk mengintervensi hal tersebut, pihaknya menyiapkan beras fortifikasi untuk masuk ke wilayah rawan pangan.

Pengadaan tersebut, menurut dia, dalam prosesnya juga turut berdampak pada serapan anggaran.

"Yang pasti kita menyiapkan penyediaan beras sudah 50 ton," kata Agus.

Sebelumnya, hasil analisa komposit Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan atau Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Provinsi Banten 2023, terdapat sejumlah daerah masuk dalam kategori sangat rentan rawan pangan yakni Ciomas, Kabupaten Serang.

Kemudian daerah lainnya dengan kategori rentan adalah Leuwidamar, Kabupaten Lebak; dan Cisauk, Kabupaten Tangerang.

Selain itu, terdapat 25 daerah lainnya yang masuk dalam kategori cukup rentan tersebar di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, dan Kota Serang.

Baca juga: Bupati Lebak minta petani genjot produksi pangan

Sembilan indikator pengukuran untuk penyusunan FSVA dari tiga pilar ketahanan pangan diantaranya adalah ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan.

Indikator ketersediaan pangan merupakan rasio konsumsi normatif per kapita terhadap produksi bersih pangan seperti padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan sagu ditambahkan stok dan bantuan pangan beras cadangan pangan pemerintah (CPP).

Sementara, indikator akses pangan, adalah persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, persentase rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan lebih dari 65 persen terhadap pengeluaran, dan persentase rumah tangga tanpa akses listrik.

Kemudian, untuk indikator ketiga pemanfaatan pangan, dinilai berdasarkan lima hal, diantaranya rata-rata lama sekolah untuk perempuan di atas 15 tahun, persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih, dan angka kesakitan.

Selain itu, ada juga rasio jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap kepadatan penduduk, dan prevalensi balita stunting.

Baca juga: Pemkab Lebak dukung Indonesia jadi lumbung pangan dunia

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024