Lebak (Antaranews Banten) - Lahan sawah di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tahun 2017 bertambah seluas 6.946 hektare sehingga jumlah total seluas 53.946 hektare dari sebelumnya 47.000 hektare.

"Penambahan luas lahan sawah itu adanya program percetakan sawah baru yang dilakukan pemerintah maupun swadaya petani," kata Pelaksana Data Statistik Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Supardi saat dihubungi di Lebak, Sabtu.

Pemerintah daerah berkomitmen untuk mendukung swasembada pangan sehingga setiap tahun digulirkan program percetakan sawah baru.

Pada 2017, kata dia, pihaknya melakukan percetakan sawah baru di Kecamatan Cirinten seluas 150 hektare.

Percetakan sawah di daerah itu melibatkan TNI dan kelompok tani.

Selain itu juga sejumlah daerah mereka para kelompok tani juga melakukan percetakan sawah baru secara swadaya.

Percetakan sawah baru itu untuk meningkatkan produksi juga produktivitas pangan sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi petani.

Sebab, pertanian pangan di daerah ini menjadikan andalan ekonomi pendapatan.

Bahkan, petani Kabupaten Lebak sebagai daerah lumbung pangan di Provinsi Banten.

"Semua produksi beras dari Lebak itu sebagian dipasok ke sejumlah pasar lokal juga menyumbangkan pasar luar daerah, seperti DKI Jakarta dan Bogor," katanya menjelaskan.

Menurut dia, dari lahan sawah baku di Kabupaten Lebak seluas 53.946 hektare juga teraliri jaringan sarana irigasi sebanyak 190 unit dan bisa mengaliri seluas 26.909 hektare.

Sedangkan, areal sawah yang masuk kategori tadah hujan dan tidak memiliki jaringan irigasi seluas 27.030 hektare.

Mereka petani yang masuk kategori sawah tadah hujan, mereka melaksanakan gerakan tanam saat memasuki musim hujan.

Apabila, musim kemarau lahan areal persawahan dibiarkan tanpa ditanami karena tidak memiliki sumber mata air.

Oleh karena itu, pemerintah daerah setiap tahun menggulirkan program pembangunan sarana irigasi juga bantuan pompanisasi bagi persawahan yang masuk kategori tadah hujan.

"Sebagian besar petani di sini hanya tanam 2,5 musim tanam dalam setahun akibat terbatasnya jaringan infrastuktur irigasi," kata Supardi menjelaskan.

Supardi mengapresiasi target produksi pangan di Kabupaten Lebak tahun 2017 terealisasi sebanyak 698.463 ton gabah kering pungut (GKP) dan jika dikonversikan beras sekitar 360 ribu ton setara beras atau surplus 157.000 ton dan mencukupi selama 13,8 bulan dengan penduduk 1,2 juta.

Selama ini, petani Kabupaten Lebak terus meningkatkan penerapan rekayasa teknologi guna mendongkrak produksi dan produktivitas pangan.

Penerapan rekayasa teknologi itu dengan penggunaan benih unggul yang memiliki sertifikasi, pemupukan yang berimbang antara pupuk organik dan non organik serta penerapan tanam jejar legowo.

Selain itu juga penanaman padi juga menggunakan metode hazton maupun SRI karena bisa mendongkrak produktivitas hingga 9,0 ton GKP per hektare.

"Kami yakin melalui penerapan rekayasa teknologi itu tentu penghasilan petani hingga mencapai Rp30 juta per hektare dengan harga beras Rp7.500/Kg," katanya menjelaskan.

Ketua Kelompok Tani Sukabungah Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak Ruhyana mengatakan petani di sini setiap tahun bisa melaksanakan gerakan percepatan tanam sebanyak tiga kali musim tanam karena terdapat jaringan irigasi.

Mereka petani jika musim panen tentu bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp30 juta karena harga beras di pasaran cukup bagus.

"Kami bisa memasok beras ke pasar lokal hingga 30 ton per bulan dari panen petani itu," katanya.*

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018