Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) produksi kopi lokal di Kabupaten Lebak tumbuh dan berkembang sehingga dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat pedesaan.
"Kami membina pelaku UMKM produksi kopi itu agar memiliki kualitas sehingga dapat diterima pasar," kata Koordinator Wilayah (Korwil) Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Cigemblong Kabupaten Lebak Yusep Saepul Anwar di Lebak, Senin.
Pelaku UMKM produksi kopi hasil binaannya itu dikembangkan oleh Kelompok Tani (Koptan) Anugrah Kopi dengan areal tanam seluas 15 hektar.
Pelaku UMKM produksi kopi hasil binaannya itu dikembangkan oleh Kelompok Tani (Koptan) Anugrah Kopi dengan areal tanam seluas 15 hektar.
Selama ini, permintaan kopi jenis robusta itu cukup tinggi, sehingga dapat meningkatkan omzet pelaku UMKM itu.
Baca juga: Disperindagkop Tangerang perbanyak produk UMKM dijual di minimarket
Baca juga: Disperindagkop Tangerang perbanyak produk UMKM dijual di minimarket
Saat ini, ujar Yusep, pemasaran kopi Koptan Anugrah Kopi di sekitar wilayah Kabupaten Lebak dengan harga kemasan untuk ukuran 100 gram dijual Rp15 ribu dan ukuran 150 gram Rp25 ribu.
"Kami mengapresiasi permintaan pasar cukup tinggi dan dapat mendongkrak pendapatan ekonomi petani," katanya menjelaskan.
Ketua Komunitas Kasepuhan Adat Pasir Eurih Kabupaten Lebak Maman Sahroni mengatakan pihaknya terus membina pelaku UMKM produksi kopi di wilayahnya dapat melahirkan kemandirian ekonomi, sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di daerah itu.
Sebelumnya, petani jika memasuki musim panen dipasok ke luar daerah dan menjualnya ke tengkulak berbentuk gabah seharga Rp15 ribu/ kg.
Dengan demikian,pihaknya membina pelaku UMKM yang anggotanya petani itu agar memproduksi kopi bubuk untuk meningkatkan pendapatan ekonomi mereka.
"Kami memiliki 200 UMKM produksi kopi dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan," kata Maman.
Baca juga: Puluhan produk UMKM Tangerang dipamerkan di Bandara Soetta
Baca juga: Puluhan produk UMKM Tangerang dipamerkan di Bandara Soetta
Menurut dia, di wilayah kesepuhan itu terdapat 5.000 batang di lahan seluas 200 hektare lebih di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak ( TNGHS).
Saat ini, lahan seluas 200 hektar mulai panen, sehingga menyumbangkan pendapatan ekonomi masyarakat pedesaan.
Produksi kopi bubuk itu melalui proses penyortiran dan hanya gabah kopi yang sudah matang dan berwarna merah yang dilakukan penggilingan.
"Kita kemas kopi bubuk dengan merk Kompak dan dijual Rp30 ribu setengah kilogram dan satu kilogram Rp60 ribu," katanya menjelaskan.
Baca juga: UMKM bangga dengan produk lokal yang dijual di TikTok Shop
Baca juga: UMKM bangga dengan produk lokal yang dijual di TikTok Shop
Sementara itu, Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Abdul Waseh mengatakan selama ini pelaku UMKM di daerah ini tumbuh dan berkembang, termasuk usaha kopi menyusul melimpahnya bahan baku itu.
Produksi kopi di Kabupaten Lebak tersebar di Kecamatan Lebak Gedong, Banjarsari, Gunungkencana, Cigemblong, Cijaku, Sobang, Cibeber, Muncang, Cirinten, Cipanas, Cihara, Panggarangan, Leuwidamar, Bojongmanik dan Malingping.
Berdasarkan data populasi UMKM tahun 2022 tercatat 160 ribu unit usaha dan dipastikan tahun 2023 meningkat 20 persen, karena banyak klaster-klaster usaha ekonomi masyarakat.
"Kami yakin kontribusi pelaku UMKM produksi kopi itu mampu mengatasi kemiskinan ekstrem dan pengangguran," katanya.
Baca juga: Pemkot Tangsel ajak stekholder genjot pelatihan UMKM
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023