Kementerian Perindustrian membina pelatihan sebanyak 20 perajin gula aren di Kabupaten Lebak guna meningkatkan mutu dan kualitas sehingga memiliki daya saing pasar.

"Kami berharap melalui pembinaan pelatihan itu dapat menumbuhkembangkan perekonomian masyarakat pedesaan," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak H Dedi Rahmat di Lebak, Rabu.

Baca juga: Wali Kota Arief apresiasi TNI bantu masyarakat terdampak COVID-19

Baca juga: Sekda Banten minta subsidi gaji digunakan untuk kebutuhan hidup keluarga

Pemerintah Kabupaten Lebak mengapresiasi di tengah pandemi COVID-19 itu bisa diselenggarakan kegiataan pembinaan pelatihan selama beberapa hari yang dilaksanakan Kementerian Perindustrian.

Produksi gula aren yang dibina dalam pelatihan itu adalah bagaimana meningkatkan mutu dan kualitas jenis cetak maupun halus atau bubuk agar bisa bersaing pasar domestik maupun mancanegara.

Menurut dia, keunggulan gula semut asal Kabupaten Lebak tersebut sangat cocok untuk penderita diabetes, karena kader gulanya cukup rendah juga bisa dijadikan campuran minuman dan aneka makanan.

Selain itu, lanjutnya, juga beraroma tanpa menggunakan pengawet serta tahan lama dan organik serta menyehatkan.

"Kami minta perajin gula aren itu bisa menembus pasar domestik hingga luar negeri sehingga mampu menggulirkan perekonomian warga di tengah pandemi COVID-19," kata Dedi.


Ia mengungkapkan, usaha kerajinan gula aren di Kabupaten Lebak menyumbangkan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar Rp96,65 miliar per tahun dari sebanyak 5.815 unit usaha.

Produk gula aren tersebut menjadikan produk unggulan daerah dan berkembang di Kecamatan Cirinten, Cijaku, Sobang, Panggarangan, Cigemblong, Cibeber, Cigemblong, Cihara, Cipanas, Lebakgedong, dan Leuwidamar.

"Kami tahun ini membina pelatihan sebanyak 20 perajin dari Kecamatan Cirinten dan mereka diberikan peralatan produksi gula semut oleh Kementerian Perindustrian," ujarnya menjelaskan.

Menurut dia, selama ini, perajin memasok gula aren untuk Pasar Rangkasbitung dan luar daerah, seperti Jakarta, Tangerang, Serang, dan Bogor, serta juga diekspor ke sejumlah negara, seperti Australia, Malaysia, Belanda, Jerman dan Inggris.

"Kami berharap perajin gula aren memberikan multi effect luar biasa bagi masyarakat,sekaligus bisa mengendalikan kemiskinan dan pengangguran," ujarnya.

Sementara itu, Maman (55) perajin gula aren Kecamatan Cirinten Kabupaten Lebak mengatakan pihaknya sangat senang bisa mengikuti pembinaan pelatihan sehingga dapat meningkatkan produksi untuk mencetak berbagai jenis, di antaranya gula bubuk (gula semut), gula jahe, dan gula cetak.

Saat ini, kata dia, permintaan gula aren cenderung meningkat hingga menjual produk mulai dari Rp30 ribu sampai Rp380.000 per toros.

"Kami terus meningkatkan kualitas melalui diversifikasi produk, sertifikasi organik hingga label halal juga kesehatan yang terdaftar di Kementerian Kesehatan," katanya.
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020